Luar Negeri
Di Kota Ini, Kalajengking Bukan Diambil Racunnya tapi Dibakar dan Dimakan
Di musim kemarau, kolojengking banyak bersarang di lubang-lubang tanah di bawah rumpun bambu.
SERAMBINEWS.COM - Di kawasan pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), ketika musim kemarau tiba akan ditandai dengan pohon-pohon jati yang meranggas daunnya dan juga rumpun bambu yang tampak mengering.
Daun-daun bambu kering yang jatuh menumpuk dan di DIY disebut ‘uwuh’ itu biasanya dikumpulkan dan kemudian dibakar saat sore hari.
Kegiatan membakar daun bambu yang kemudian dikenal dengan nama ‘ngobong uwuh’ itu akan tambah meriah jika disertai acara membakar singkong.
Tapi jika tak ada singkong, hewan beruas dan beracun yang di DIY disebut kolojengking /ketonggeng (kalajengking) pun bisa dibakar dan disantap karena rasanya lezat dan gurih.
Di musim kemarau, kolojengking banyak bersarang di lubang-lubang tanah di bawah rumpun bambu.
Untuk menangkapnya pun sebenarnya cukup mudah.
Baca: Sebut Netizen Enggak Jelas, Yulia Mochamad Tak Terima Dibilang Janda Gatel, Begini Curhatnya
Baca: Calon Anggota KIP Bireuen Ikut Ujian Tulis, Ini Jadwal Pengumuman dan Tahapan Lainnya

Caranya, dengan menggunakan lidi dari daun kelapa yang masih muda lalu diikat ujungnya berbentuk lingkaran kecil.
Setelah itu batang lidi dimasukan ke lingkaran itu.
Lingkaran lidi yang merupakan jebakan itu kemudian dimasukkan ke dalam liang tempat kolojengking bersarang.
Biasanya kolojengking akan mencapit lidi itu, sehingga ketika lidi ditarik kakinya langsung terjerat.
Di kawasan DIY, kolojengking merupakan kalajengking bertubuh raksasa karena bisa sebesar telunjuk jari orang dewasa dan tampak sangat mengerikan.
Baca: 1.605 Sertifikat Gratis Dibagikan Kepada Warga Aceh Barat Daya, Ada yang tak Bisa Diproses
Baca: VIDEO - Menyantap Sate Gurita di Tepi Pantai Sabang
