Teror Bom di Surabaya

Kapolri Minta Bantuan Panglima TNI untuk ‘Lumpuhkan’ Kelompok Teroris, Kopassus Siap Bergerak

"Saya perintahkan lanjut, ndak boleh berhenti. Kalau berhenti kita kasih nafas mereka dan mereka akan bergerak lagi," kata Tito.

Capture video
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian 

"Justru yang tetap yang di depan adalah kepolisian, TNI memberi perkuatan. Dikolaborasikan dalam menangani sebuah persoalan yang sama. Intinya di situ," jelas Moeldoko.

Pasukan Anti-teror TNI

Secara resmi semua pasukan anti-teror elit TNI seperti Sat 81 Kopassus, Denjaka, Sat Bravo 90, Kopaska, Tontaipur Kostrad, Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) dan lainnya sudah dalam posisi siap bergerak (stand by call), menghadapi aksi terorisme.

Khusus untuk pasukan Koopssusgab, dibentuk pada 9 Juni 2015 oleh Jenderal Moeldoko selaku Panglima TNI kala itu.

Pasukan elit ini merupakan gabungan pasukan khusus dari tiga matra TNI, yakni Sat-81, Denjaka, dan Satbravo-90. Pasukan khusus ini berjumlah 90 personil.

Anggota Kopassus melakukan atraksi beladiri usai pisah sambut Danjen Kopassus dari Mayjen (TNI) Madsuni kepada Danjen Kopassus yang baru Mayjen (TNI) Eko Margiyono di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (23/3).
Anggota Kopassus melakukan atraksi beladiri usai pisah sambut Danjen Kopassus dari Mayjen (TNI) Madsuni kepada Danjen Kopassus yang baru Mayjen (TNI) Eko Margiyono di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (23/3). (Warta Kota/Adhy Kelana)

Mereka disiagakan di wilayah Sentul, Bogor, Jawa Barat dengan status operasi, selalu siap siaga setiap saat, jika ada perintah untuk terjun menanggulangi aksi teror.

(Baca: Ipda Auzar Gugur Ditabrak Terduga Teroris Usai Shalat Duha, Dikenal Sebagai Imam dan Guru Ngaji)

(Baca: Operasi Penangkapan Terduga Teroris Juga Dilakukan di Medan, Dua Ditangkap, Satu Lolos)

(Baca: Krishna Murti: ‘Wanita Bercadar dan Pria Bercelana Di Atas Mata Kaki Bukan Berarti Teroris’)

Apalagi Presiden RI Joko Widodo telah memerintahkan pasukan TNI untuk membantu Polri dalam upaya memberantas aksi terorisme sampai ke akar-akarnya (Kompas.com Senin/5/2018), maka semua pasukan khusus TNI juga siap bergerak kapan saja.

Posisi semua pasukan khusus TNI dalam kondisi stand by call sebenarnya berlaku sepanjang harinya.

Artinya dalam kesehariannya semua pasukan khusus TNI sudah memiliki pola kerja yang jelas.

Yakni sepertiga kekuatan dalam kondisi siap bergerak, sepertiga kekuatan melakukan latihan, dan sepertiga kekuatan lainnya berperan sebagai cadangan.

Sejumlah personel pasukan khusus TNI juga sudah bertugas secara senyap di daerah-daerah yang dianggap rawan oleh pemerintah, misalnya Papua.

Pergerakan pasukan khusus sesuai perintah Panglima TNI sesungguhnya tidak begitu terpengaruh oleh Undang-Undang Anti-terorisme yang belum disahkan.

Misalnya, jika terjadi kasus terorisme di Bandara Soekarno-Hatta, pasukan khusus Sat Bravo 90 dari TNI AU pasti turun bersama pasukan khusus TNI lainnya dan kemungkinan malah tidak melibatkan langsung Densus 88 Polri.

(Baca: Baku Tembak Dengan Densus 88 di Tanjungbalai Tewaskan Dua Terduga Teroris)

(Baca: Saat Napi Teroris Bunuh 5 Anggota Densus 88 di Mako Brimob, Ternyata Ahok Tidur Nyenyak)

(Baca: Kerusuhan di Mako Brimob Tewaskan 5 Anggota Densus 88 dan Seorang Narapidana)

Densus bisa dipastikan turun dalam aksi teror di bandara setelah teroris tertangkap baik mati maupun hidup untuk dilanjutkan proses penyidikan dan penanganan hukumnya sesuai prosedur kepolisian.

Seperti latihan penanganan anti-teror yang pernah dilakukan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab), pada sebuah kapal dagang di Laut Jawa, ketika teroris sudah dilumpuhkan, para pelakunya kemudian diserahkan ke kepolisian (Polairud) untuk dilanjutkan prosesnya sesuai hukum yang berlaku.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved