Guru Sekolah Ungkap Anak Teroris Dita Sempat Ikuti Kegiatan Ini, Bukti Cinta NKRI

Satu di antaranya adalah soal ditanamkannya nilai-nilai kebencian pada tanah air kepada anak-anak teroris.

Editor: Amirullah
istimewa
Keluarga Dita Supriyanto semasa hidup, pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018). 

SERAMBINEWS.COM - Pelaku bom di tiga gereja Surabaya, Dita Oepriarti rupanya tetap membiarkan anak sulungnya bersekolah.

Hal tersebut berbeda dengan pemberitaan sebelumnya yang menyatakan bahwa anak-anak Dita tak boleh bersekolah.

Pernyataan itu mungkin benar ketika dihubungkan dengan anak bungsu Dita, tapi faktanya, dilansir dari tayangan Kompas tv, anak sulung Dita masih pergi ke sekolah bahkan sampai awal bulan Mei.

Aiman, selaku jurnalis yang menelusuri sosok anak sulung Dita ini pun menanyakan desas desus yang selama ini berhembus di masyarakat.

Satu di antaranya adalah soal ditanamkannya nilai-nilai kebencian pada tanah air kepada anak-anak teroris.

Baca: Betapa Istimewanya Al Quran Mini Berusia Ratusan Tahun Ini, Bertinta Emas dan Ditulis Tangan

Hal-hal yang termasuk dalam kebencian itu misalnya tak boleh hormat kepada bendera, tak mengikuti upacara, tak mengikuti pelajaran PKN dan tidak toleransi kepada yang lain.

Isu yang berkembang tersebut pun langsung dibantah guru sekolah anak sulung Dita, Suwardi.

Dalam tayangan tersebut, Suwardi menuturkan bahwa selama ini anak sulung Dita selalu mengikuti upacara bendera di sekolah.

Bahkan Suwardi mengatakan, anak sulung Dita itu pernah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Paskibra ketika kelas 10 (1 SMA).

Baca: Sudah 70 Tahun Menikah, Inilah Kisah Cinta Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, Seperti Apa?

Dilansir dari berbagai sumber, secara tak langsung, kegiatan ekskul paskibra itu bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air kepada para pesertanya.

Keikutsertaan anak sulung Dita dalam kegiatan paskibra pun menunjukkan bukti kecintaannya pada NKRI.

Selain itu, anak sulung Dita itu juga diakui selalu masuk ketika pelajaran PPKN sedang berlangsung.

Hal tersebut telah dikonfirmasi langsung kepada guru yang mengajar.

Mengenai toleransi, Suwardi menuturkan tak pernah ada keluhan seperti yang selama ini beredar.

Baca: Siapakah Pewaris Tahta Kerajaan Inggris Berikutnya? Akankah Jatuh ke Tangan Pangeran William?

"Dia selalu ikut upacara, bahkan waktu kelas 10 dia ikut Paskibra, termasuk pelajaran PPKN juga dia termasuk yang jarang keluar kelas (kata gurunya)," ujar Suwardi.

Selain itu, Suwardi pun mengurai fakta menarik perihal anak kedua dari Dita Oepriarto.

Mengaku sebagai teman dari kepala sekolah tempat anak kedua Dita bersekolah, Suwardi menceritakan kegiatan apa saja yang pernah dilakukan putra Dita tersebut.

Ia mengatakan bahwa anak kedua Dita itu adalah seorang ketua OSIS.

Sama seperti kakaknya, sebagai bukti kecintaannya pada NKRI, anak kedua Dita itu bahkan menjadi pemimpin upacara pada hari pendidikan (2 Mei 2018) kemarin.

Baca: Remaja di Lhokseumawe Dipukul, Ditodong Pakai Gunting, HP dan Uang Dirampas

Penjelasan tersebut seolah membantah desas desus buruk yang selama ini beredar mengenai anak-anak dari teroris Dita Oepriarto.

"Dia ketua OSIS di SMP nya, sempat jadi pemimpin upacara di hari pendidikan 2 Mei 2018," ucap Suwardi.

Pesan misterius anak sulung Dita Oepriarto

Putra Sulung Dita Oepriarto itu ternyata sempat memberikan pesan tersirat mengenai rencana kepergiannya dari dunia ini.

Hal itu diketahui dari unggahan terakhirnya di akun media sosial miliknya.

Dalam akun Instagram anak sulung Dita itu, terlihat potret sebuah pemandangan yang diambil dari dalam kelasnya.

Baca: Delapan Doktor Mendaftar Jadi Balon Rektor Unimal

Dibatasi jendela ruang kelas, anak sulung Dita itu memotret pemandangan luar kelas yakni terdapat beberapa bangunan.

Foto yang dihasilkannya pun terlihat bagus dengan pencahayaan yang pas.

Tak hanya mengunggah potret itu, anak sulung Dita itu pun menuliskan caption singkat yang kemudian disinyalir sebagai pesan sebelum dirinya melakukan aksi pengeboman bersama keluarganya.

So much

won't leave it

(Sangat tidak ingin meninggalkannya)

Unggahan tersebut menjadi misterius karena caption yang dituliskan anak sulung Dita itu seolah menandakan perpisahan.

Sedangkan menurut guru sekolahnya, Suwardi, anak Sulung Dita itu masih kelas 11 dan tak ada rencana ingin pindah sekolah.

Misteri itu pun yang kemudian mengulik rasa penasaran jurnalis Kompas tv, Aiman Witjaksono.

Baca: 13 Foto Kedekatan Putri Diana dengan Dua Anaknya, Bikin Hati Meleleh

Dilansir dari tayangan Kompas tv, meskipun singkat, unggahan tersebut rupanya memiliki makna mendalam bagi anak sulung Dita.

Karenanya, Aiman pun mengonfirmasi hal tersebut kepada Kepala Bagian Psikolog Polda Jawa Timur, AKBP Said Rivai.

Dalam tayangan tersebut, Said Rivai menuturkan bahwa memang benar ada pesan yang ingin ia sampaikan sebelum kejadian nahas itu terjadi.

Baca: Putrinya Menyukai Sesama Jenis, Sang Ayah Tega Menghamilinya, Rasa Curiga Ibu Terbukti

Said Rivai juga menjelaskan kondisi yang dialami anak sulung Dita pada saat mengunggah potret itu adalah sedang dalam keadaan tertekan.

Hal tersebut memicu dirinya untuk meluapkan rasa tersebut melalui media lain.

"Di sini terlihat, seseorang yang mengalami peristiwa seperti ini (anak sulung Dita), maksudnya merasa akan diajak melakukan sesuatu dan tak bisa mengungkapkan itu biasanya mengirimkan pesan tersamarkan.

Dia (anak sulung Dita) ini mengalami tekanan, karena dia harus merahasiakan hal itu (rencana pengeboman), biasanya kalau orang diminta menjaga rahasia, tekanan (yang dirasakan) semakin besar," ujar Said Rivai.

 

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Bukti Cinta NKRI, Guru Sekolah Ungkap Anak Teroris Dita Sempat Ikuti Kegiatan Ini, Jadi Pemimpinnya

 

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved