Inilah Jaroe Kamoe, “Pendekar” Tambal Sulam dari Seberang
Nama Jaroe Kamoe kami pilih karena grup kami adalah grup crafter-crafter Aceh yang bergerak di bidang handmade.
Penulis: Nani HS | Editor: Safriadi Syahbuddin
Istilahnya, walau karya tangan tapi berasa pabrikanlah. Tetap rapi dan tinggi sence of art-nya. Motif, inovasi, dan kreasinya mampu memanjakan mata, terutama kaum emak-emak dan para anak baru gede.
Tak heran, hampir saban sore dan pagi, selama pameran berlangsung, para perempuanlah yang paling banyak datang ke stand yang satu ini.
Di pojok belakang stand dilengkapi arena kecil dan terdapat perempuan-perempuan yang terlibat dalam kegiatan semacam pelatihan patchwork dan quilting kilat.

“Untuk pertama kalinya, Jaroe Kamoe ikut pameran dan memberikan pelatihan, di event PKA ini. Kami tidak menyangka begitu banyak peminat untuk ikut. Secara patchwork dan quilting, kan ilmu yang baru di Aceh, dan keliatan rumit loh. Sehingga kami harus menambah bahan dan alat pelatihan yang sudah habis di hari ke 5. Stand Jaroe Kamoe juga didatangi oleh pakar-pakar seni dari stand-stand daerah seperti Simeuleu dan Aceh tengah. Mereka berharap sekali agar Jaroe Kamo bisa mengangkat motif-motof daerah mereka dalam bentuk patchwork dan quilting. Bahkan mereka mau mensupport dengan memberikan motif-motif dari daerah mereka,” papar Fina lagi.
Baca: Saat Jakarta Sibuk Dengan Deklarasi Capres-Cawapres, Ustaz Abdul Somad Tabligh Akbar di Batam
Baca: Calon Jamaah Haji Kanada Khawatirkan Cara Pulang dari Saudi, Biayanya Bisa Naik Tajam
Baca: Negara Ini Tak Punya Pasukan Militer Karena Tak Mau Bayar Gaji Tentara
Apa sih produk-produk hand made Jaroe Kamoe yang menarik pandang itu? Banyak, dan tak mungkin dijabarkan selengkapnya di sini. Tapi yang paling diminati pengunjung adalah bed cover (sprei), baby quilt (semacam selimut bayi), tas (tas sandang dan tas tangan), pouch (kantong- biasanya untuk tempat peralatan makeup, alat tulis, dan lain-lain) , wallhanging (hiasan/gantungan dinding), dan lain-lain.
Menurut Fina untuk produk Jaroe Kamoe juga di-support oleh para crafter Banda Aceh yang bergabung dalam group Cineuba (Crafter Ija Beuneung Banda Aceh).
Jadi bisa Anda reka-reka sendirilah berapa banyak produk yang diboyong ke arena pameran.
Dari yang dihargakan Rp 15 ribu hingga seharga Rp5 juta per potong. Yang jelas omset Jaroe Kamoe rata-rata 4-5 juta rupiah per hari.
Nah, hitung sajalah, sudah seberapa gembungnya saku Jaroe Kamoe? Kalikan saja bilangannya, sejak hari pembukaan arena Aceh Expo Blangpadang pada 4 Agustus 2018 hingga hari ini misalnya? Halo para crafter Aceh, bek tahe gante (termenung/bengong), rajin-rajinlah mengisi waktu dengan patchwork dan quilting. Ternyata Beruang loh. Semoga pemerintah sedikit banyak mau membantu, terutama pemasarannya. Ya kan?