Inilah Jaroe Kamoe, “Pendekar” Tambal Sulam dari Seberang
Nama Jaroe Kamoe kami pilih karena grup kami adalah grup crafter-crafter Aceh yang bergerak di bidang handmade.
Penulis: Nani HS | Editor: Safriadi Syahbuddin
Laporan Nani HS|Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Perempuan-perempuan ini memang orang Aceh. Tapi untuk sampai ke arena Pameran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 7 2018, tidaklah dekat bagi mereka.
Sebut saja Fina Satar (FinCraft Corner-Qatar), kemudian Putri Muhammad (owner Mam's Corne -Medan), Ilfiyanti Ilyas (owner Ilfi's Studio Quilt, Quilter Senior- dari Duri Riau), Nungky (owner Batik Bali Iki-Jakarta, walau yang datang karyanya). Segitu saja ceritanya? Tidak.
Para pendekar tambal sulam ini (patchwork) suatu ketika (dua tahun lalu) berpikir kenapa tidak bergabung dalam satu wadah.
Lebih berkekuatan. Dengan berjamaah dapat berbuat lebih banyak lagi dari sekadar untuk kepentingan bisnis dan kemampuan bagi diri sendiri. Bahwa, bukankah sebagai perempuan Aceh mereka harus memberikan sesuatu dan berdedikasi bagi kaumnya Aceh?
Begitulah, akhirnya mereka sebulat tekad untuk berbagi ilmu patchwork (tambal sulam) dan quilting (seni menggabung-gabungkan kain dengan ukuran dan potongan tertentu untuk membentuk motif-motif yang unik. Potongan-potongan kain tersebut lalu ditindas dengan jahitan model jelujur yang ukurannya harus sama jika dilihat dari sisi manapun).
Bagaimanapun para crafter (perajin kerajinan tangan) saling berjarak domisili, tapi akhirnya lahirlah wadah organisasi mereka Jaroe Kamoe, terdiri dari para crafter Aceh (saat ini belum ada di seluruh Aceh).
Kenapa Jaroe Kamoe (tangan kami)? “Nama Jaroe Kamoe kami pilih karena grup kami adalah grup crafter-crafter Aceh yang bergerak di bidang handmade. Kami ingin mengangkat serta mempromosikan motif-motif Aceh dalam bentuk patchwork dan quilting. Kami juga di-support oleh kak Ilfiyanti Ilyas," terang Fina Satar.
Baca: VIDEO - Ragam Rumah Adat Aceh di PKA 7
Baca: VIDEO - Pesta Kebudayaan dari Taman Sultanah Safiatuddin
Baca: 15 Perupa Aceh Ramaikan Pameran Seni Rupa PKA 7
Bila ditanya soal target, Jaroe Kamoe ingin sekali ikut meningkatkan kreatifitas perempuan-perempuan Aceh. Tak lain untuk mendongkrak penghasilan, termasuk mengangkat motif warna-warna khas Aceh yang selanjutnya bisa dipromosikan dengan gencar, bahkan ke luar negeri.
Tak heran sasaran sumbangsih Jaroe Kamoe adalah kaum ibu rumah tangga, remaja putri Aceh (yang boleh jadi juga remaja putri bilangan Indonesia, sebab Jaroe Kamoe juga “berteman” dengan crafter grup Indonesia)
Menurut perempuan yang sudah menjadi warga Qatar ini, berhubung mereka berempat berdomisili di luar Aceh, untuk kegiatan-kegiatan Jaroe Kamoe, tentu perlulah ada yang membantu kelancaran organisasi.
Akhirnya mereka didukung oleh Lisa satar (L'Craft Gallery–Lampeuneurut, Aceh Besar). Katakanlah sebagai teknisi lapangannya Jaroe Kamoe.
“Ya untuk sementara L'Craft Gallery menjadi sekretariat Jaroe Kamoe, sampe kami bisa membuat sekretariat Jaroe Kamoe sendiri,” harap Fina. Lagi pula Fina cs sudah “berjanji” ingin berbuat untuk Aceh.
Aceh Expo
Bila Anda singgah di stand Jaroe Kamoe di arena pameran Aceh Expo di Blangpadang, Anda bisa merasakan “kelezatan” buatan tangan kaum Jaroe Kamoe.
Istilahnya, walau karya tangan tapi berasa pabrikanlah. Tetap rapi dan tinggi sence of art-nya. Motif, inovasi, dan kreasinya mampu memanjakan mata, terutama kaum emak-emak dan para anak baru gede.
Tak heran, hampir saban sore dan pagi, selama pameran berlangsung, para perempuanlah yang paling banyak datang ke stand yang satu ini.
Di pojok belakang stand dilengkapi arena kecil dan terdapat perempuan-perempuan yang terlibat dalam kegiatan semacam pelatihan patchwork dan quilting kilat.

“Untuk pertama kalinya, Jaroe Kamoe ikut pameran dan memberikan pelatihan, di event PKA ini. Kami tidak menyangka begitu banyak peminat untuk ikut. Secara patchwork dan quilting, kan ilmu yang baru di Aceh, dan keliatan rumit loh. Sehingga kami harus menambah bahan dan alat pelatihan yang sudah habis di hari ke 5. Stand Jaroe Kamoe juga didatangi oleh pakar-pakar seni dari stand-stand daerah seperti Simeuleu dan Aceh tengah. Mereka berharap sekali agar Jaroe Kamo bisa mengangkat motif-motof daerah mereka dalam bentuk patchwork dan quilting. Bahkan mereka mau mensupport dengan memberikan motif-motif dari daerah mereka,” papar Fina lagi.
Baca: Saat Jakarta Sibuk Dengan Deklarasi Capres-Cawapres, Ustaz Abdul Somad Tabligh Akbar di Batam
Baca: Calon Jamaah Haji Kanada Khawatirkan Cara Pulang dari Saudi, Biayanya Bisa Naik Tajam
Baca: Negara Ini Tak Punya Pasukan Militer Karena Tak Mau Bayar Gaji Tentara
Apa sih produk-produk hand made Jaroe Kamoe yang menarik pandang itu? Banyak, dan tak mungkin dijabarkan selengkapnya di sini. Tapi yang paling diminati pengunjung adalah bed cover (sprei), baby quilt (semacam selimut bayi), tas (tas sandang dan tas tangan), pouch (kantong- biasanya untuk tempat peralatan makeup, alat tulis, dan lain-lain) , wallhanging (hiasan/gantungan dinding), dan lain-lain.
Menurut Fina untuk produk Jaroe Kamoe juga di-support oleh para crafter Banda Aceh yang bergabung dalam group Cineuba (Crafter Ija Beuneung Banda Aceh).
Jadi bisa Anda reka-reka sendirilah berapa banyak produk yang diboyong ke arena pameran.
Dari yang dihargakan Rp 15 ribu hingga seharga Rp5 juta per potong. Yang jelas omset Jaroe Kamoe rata-rata 4-5 juta rupiah per hari.
Nah, hitung sajalah, sudah seberapa gembungnya saku Jaroe Kamoe? Kalikan saja bilangannya, sejak hari pembukaan arena Aceh Expo Blangpadang pada 4 Agustus 2018 hingga hari ini misalnya? Halo para crafter Aceh, bek tahe gante (termenung/bengong), rajin-rajinlah mengisi waktu dengan patchwork dan quilting. Ternyata Beruang loh. Semoga pemerintah sedikit banyak mau membantu, terutama pemasarannya. Ya kan?