Kakeknya Dianugerahi Pahlawan Nasional, Begini Sosok Abdurrahman Baswedan di Mata Anies Baswedan

Salah satu momen yang paling diingat Anies adalah ketika sang kakek menulis surat, baik bagi orang lain, maupun menulis kolom di surat kabar.

Penulis: Faisal Zamzami | Editor: Faisal Zamzami
Wikipedia
Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan, kakek dari Anies Baswedan 

SERAMBINEWS.COM - Sosok Abdurrahman Baswedan yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sangat melekat di benak sang cucu, Anies Baswedan.

Anies yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta, menghabiskan masa kecil hingga sebagian remajanya bersama sang kakek.

"Kebetulan tinggal serumah dengan kakek mulai bayi sampai SMA," kenang Anies di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (8/11/2018).

Salah satu momen yang paling diingat Anies adalah ketika sang kakek menulis surat, baik bagi orang lain, maupun menulis kolom di surat kabar.

Sebab, sang kakek hanya mengucapkannya dan Anies lah yang mendapat tugas mengetik ucapannya.

Bahkan, nama Anies ikut tertera di kebanyakan surat yang ia tulis tersebut.

"Di ujung surat beliau, selalu dituliskan, 'surat ini saya diktekan kepada cucu saya, Anies'. Wah itu saya bangga sekali," ujar Anies.

Hal lain yang juga tidak bisa dilupakannya ketika ia sering diminta mengantarkan sang kakek ke rumah sejumlah orang yang tidak ia kenal dengan sepeda motornya.

Rupanya, itu adalah rumah tokoh penting saat itu.

Bagi seorang remaja seperti dirinya, bertemu dengan tokoh penting negara tentunya menjadi kebanggaan tersendiri.

Satu hal yang selalu dipesankan sang kakek kepada Anies, yakni perbanyak membaca.

"Pesan beliau yang saya ingat waktu masih kecil, Anies, kalau ada waktu kosong, baca. Waktu kosong, baca. Karena itu jugalah yang beliau kerjakan. Beliau kan wartawan. Warisan bukunya itu sampai 5.000 dan dalam banyak bahasa," ujar Anies.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengapresiasi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang telah menganugerahi kakeknya, Abdurrahman Baswedan gelar Pahlawan Nasional.

"Kami menyampaikan apresiasi. Sebab proses ini sebenarnya dimulai 2010 diusulkan waktu itu," ujar Anies di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (8/11/2018).

Nama Abdurrahman Baswedan diusulkan Pemerintah Provinsi Yogyakarta.

Namun, baru di delapan tahun kemudian, pemerintah memberikan gelar tersebut.

"Pertama yang mengusulkan itu Provinsi DIY. Karena memang almarhum hingga akhir hayatnya menghabiskan waktu di Yogyakarta. Kebetulan juga saya tinggal serumah dengan kakek mulai dari bayi sampai SMA," ujar Anies.

Diberitakan, Presiden Joko Widodo, Kamis (8/11/2018) siang, menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada enam orang di Istana Negara, Jakarta.

Keenam orang itu, yakni:

1. Alm Abdurrahman Baswedan, tokoh dari Yogyakarta

2. Alm Pangeran Mohammad Noor, tokoh dari Kalimantan Selatan

3. Alm Agung Hajjah Andi Depu, tokoh dari Sulawesi Barat

4. Alm Depati Amir, tokoh dari Bangka Belitung

5. Alm Kasman Singodimejo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah

6. Alm KH Syam'un, tokoh dari Banten Penganugerahan gelar itu didasarkan pada surat Keputusan Presiden Nomor 123/TK tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Baca: Nilai Tukar Rupiah Masih Bertahan di Level Rp 14.500 Per Dollar Amerika Serikat

Baca: Koalisi Sembilan Partai Pertanyakan SK TKD Aceh Jokowi-Maaruf Kota Langsa

Mengenal AR Baswedan

AR Baswedan diketahui sebagai kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dikutip dari Wikipedia, AR Baswedan lahir di Surabaya, Jawa Timur 9 September 1908. Dia meninggal di Jakarta, 16 Maret 1986 pada umur 77 tahun.

AR Baswedan adalah nama populer dari Abdurrahman Baswedan, seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, muballigh, dan juga sastrawan Indonesia.

AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante.

AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir.

Dia mempelajari banyak hal secara mandiri, terutama kemampuan menulisnya.

Tapi, dia mendapatkan dunia jurnalisme terbuka lebar setelah bertemu wartawan pertama dari keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati, yang di kemudian hari membantu AR Baswedan dengan menjadi Sekretaris Jenderal PAI.

Karena itu, profesi utama dan pertama AR Baswedan adalah jurnalis.

Dia memang sempat menjalani kegiatan perniagaan dengan meneruskan usaha toko orang tuanya di Surabaya. Tapi, dia tak kerasan.

Dia tertarik pada dunia jurnalisme.

Soebagio I.N., dalam buku Jagat Wartawan memilih AR Baswedan sebagai salah seorang dari 111 perintis pers nasional yang tangguh dan berdedikasi.

Saat bekerja di Sin Tit Po, ia mendapat 75 gulden--waktu itu beras sekuintal hanya 5 gulden.

Ia kemudian keluar dan memilih bergabung dengan Soeara Oemoem, milik dr Soetomo dengan gaji 10-15 gulden sebulan.

Sementara mengutip, buku profil penerima gelar Pahlawan Nasional yang ditulis Kementerian Sosial, Abdurrahman Baswedan lahir di Surabaya pada 9 September 1908 dan meninggal di Jakarta pada 16 Maret 1986.

Almarhum Abdurrahman Baswedan merupakan tokoh keturunan Arab, yang terlibat dalam dunia pergerakan dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tumbuh dewasa menjadi seorang nasionalis, pro kemerdekaan dan republiken sejati.

Selain sebagai pejuang kemerdekaan, Ia juga dikenal sebagai penulis, penyair, sastrawan, dan politisi.

Sebagai tokoh keturanan Arab, dirinya memperjuangkan integrasi keturanan Arab menjadi bangsa Indonesia.

Menurutnya, keturunan Arab mempunyai kewajiban yang sama untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Ia menyebarkan pemikiran dan sikap politiknya tersebut melalui surat kabar tempatnya bekerja sebagai redaktur, diantaranya surat kabar Sin Tit Po dan Suara Umum.

Putra dari Awad Umar Baswedan dan Khadjijah Badid, merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKPKI) mewakili golongan Arab.

Dirinya pun merupakan inisiator pembentukan Persatuan Arab Indonesia yang kemudian menjadi Partai Arab Indonesia (PAI), yang dibubarkan pemerintah pendudukan Jepang (1942-1945), dan akhirnya bergabung ke dalam Partai Masyumi.

Setelah keluar dari dunia politik pada 1960, Abdurrahman mengalihkan perjuangannya ke dalam dunia pendidikan, dakwah, dan budaya. (Kompas.com/Tribunnews)

Baca: Hidup Bahagia di Dunia dan Akhirat dengan Menjadi Ahli Tauhid

Baca: Dinas Pendidikan Dayah Aceh akan Terus Berdayakan Santri

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved