Breaking News

Prabowo Beberkan Pandangan Strategis, Janji Bangun Kabinet Bersih dan Sebut Korupsi Seperti Kanker

Prabowo diundang untuk memaparkan pandangan strategisnya memajukan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Editor: Faisal Zamzami
Infografik Profil Prabowo Subianto(KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo) 

Tak hanya ekonomi dan elite politiknya, Prabowo Subianto juga menyakini mayoritas umat Islam di Indonesia adalah muslim yang moderat.

Dia mengaku prihatin banyak ulama belakangan digolongkan dalam kelompok radikal.

Menurut dia pemimpin memiliki peran vital dalam mendidik umat dan mengayomi ulama agar tidak tersesat mengambil jalan radikal.

"Saya yakin mayoritas umat Islam di Indonesia adalah moderat dan mereka lelah sekali dikategorikan dalam politik yang radikal. Tapi sekali lagi, merupakan tanggung jawab seorang pemimpin untuk memimpin, pemimpin harus mengajar," kata Prabowo dalam siaran persnya.

Ia optimistis melihat mayoritas pemuka agama di Indonesia mengecam radikalisme dan mengkampanyekan ajaran Islam yang damai, Islam jalan tengah yang membawa manfaat bagi seluruh alam.

Soal ini, kata Prabowo Subianto, pemimpin punya andil besar meredam radikalisme dalam bentuk apa pun di Indonesia.

"Saya yakin bahwa pemimpin yang baik akan bisa meredakan segala bentuk radikalisme. Namun sekali lagi, apabila ada rasa kehilangan harapan, frustasi, pesimisme, jika tidak ada masa depan bagi anak muda, maka para demagog agama akan mempengaruhi mereka," tegas Prabowo.

Kena sindir Yusril

Ketua Umum PBB Yusri Ihza Mahendra pernah mengeluhkan cara Prabowo Subianto membicarakan arah Koalisi Adil dan Makmur yang tidak jelas.

Sehingga ia meminta Prabowo Subianto mengajak ketua umum parpol untuk berkomunikasi menjelaskan arah koalisi.

"Kalau partai-partai hanya diajak koalisi mendukung paslon Prabowo-Sandi tanpa format yang jelas, sementara pada detik yang sama rakyat memilih presiden dan wapres serta memilih caleg pada semua tingkatan, maka pembagian “peta dapil” menjadi sangat penting sebagaimana dapat dicontoh sebagai perbandingan dari Pemilu di Malaysia," kata Yusril Kamis, (8/11/18).

Jika seperti itu, menurut Yusril, tidak akan terjadi tabrakan anatara partai koalisi di Pemilu legislatif 2019. Pasalnya ada format koalisi yang jelas, salah satunya pembagian 'peta dapil'.

"Dalan “koalisi” di sini, di satu pihak anggota koalisi disuruh all out kampanyekan Prabowo Sandi, tetapi dalam pileg di suatu dapil sesama anggota koalisi saling bertempur untuk memperoleh kemenangan bagi partainya," terang dia.

Bila seperti itu menurut Yusril sangat mungkin nantinya Prabowo-Sandi menang di Pemilu Presiden namun partai koalisi tidak masuk dalam ambang batas parlemen, terkecuali Gerindra.

"Nanti yang akan terjadi adalah Prabowo Sandi menang pilpres, tetapi dalam Pileg yang sangat diuntungkan adalah Gerindra, yang kemungkinan akan menjadi partai nomor 1 atau nomor 2. Partai-partai anggota koalisi yang lain bisa babak belur. Ini saya saya katakan dalam Pileg di Dapil, PBB bisa “digergaji” sama Gerindra," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved