Ini Pesan Hasan Tiro Suatu Ketika, Siapa yang Akan Memimpin Jika Dirinya Tiada
Hasan Tiro ke luar negeri sampai akhirnya menetap di Stockholm, Swedia bersama elite-elite pendiri GAM di masanya
Penulis: Subur Dani | Editor: Muhammad Hadi
Wali Negara menulis Dekrit ini dalam Bahasa Inggris sebagai berikut:
“I signed a Decree stipulating that in my absence the State of Acheh Sumatra shall be governed by the Council of Ministes headed by a Prime Minister and with several Deputy Prime Ministers who, in case of death will replace one another in succession.
The Prime Minister is Dr. Muchtar Hasbi with Tengku Ilyas Leubè as First Deputy, Dr. Husaini Hasan the Second Deputy, Dr. Zaini Abdullah the Third Deputy, and Dr. Zubir Mahmud, the Fourth Deputy. That precedent is established by their order of seniority in the leadership of the NLF.
The Central Committee of the NLF shall act the emergency legislature to ratify the acts of the Cabinet,”.
Baca: Info Papua - Detik-detik Tentara OPM Tembak 25 Orang Setelah Disuruh Baris Lima Saf Sambil Jongkok
Haikal menerjemahkan bunyi pesan Tgk Hasan Tiro sebagai berikut;
“Saya menandatangani keputusan yang menetapkan kondisi Negara Aceh Sumatra apabila saya tidak ada. Maka, Aceh Sumatra Merdeka akan diatur oleh Dewan Menteri yang dipimpin oleh Perdana Menteri bersama beberapa Wakil Perdana Menteri. Jika mereka meninggal akan mengantikan satu sama lain secara berurutan.
Perdana Menteri adalah Dr. Muchtar Hasbi dengan Teungku Ilyas Leubée sebagai Wakil Pertama; Dr. Husaini Hasan Wakil Perdana Menteri Kedua; Dr. Zaini Abdullah Wakil Perdana Menteri Ketiga; Dr. Zubir Mahmud Wakil Perdana Menteri Keempat.
Urutan ini ditetapkan berdasarkan senioritas mereka dalam kepemimpinan NLF - National Liberation Front.
Baca: Mulut Warga Jinengdalem Melepuh Usai Minum Minuman Kemasan, Terbakar saat Disulut Api
Komite Sentral Aceh Merdeka akan bertidak sebagai Legislatif darurat untuk meratifikasi setiap tindakan Kabinet,”
Menurut Haikal, “dekrit Keramat" ini mendeskripsikan urutan kepemimpinan resmi dalam perjuangan Aceh Merdeka kala gerakan ini didirikan oleh Tengku Hasan Muhammad di Tiro.
“Bahkan, dekrit ini menjelaskan kepada generasi Aceh selanjutnya siapa sebenarnya yang lebih senior dalam perjuangan ini,” tulis Haikal.
Menurutnya, itulah nama dan urutan yang disebutkan oleh Hasan Tiro dalam dekritnya.
Baca: VIDEO VIRAL - Ketika Anak Polisi Memanggil Mamanya di Makam, Ayahnya Menitiskan Air Mata
Jika dilihat lebih jauh, saat ini hanya dua orang yang masih hidup sebagai central commite ‘Aceh Merdeka’ yakni Dr Husaini Hasan dan Dr Zaini Abdullah.
“Melihat urutan senioritas mereka, maka Dr Husaini Hasan adalah penerima resmi Dekrit Wali Negara Aceh,” katanya.
“Dengan sengaja, Tengku Hasan di Tiro mengeluarkan dekrit bersejarah ini di tempat yang penuh dengan darah dan air mata pahlawan Aceh sebagai pesan bahwa sejarah tidak boleh dan tidak bisa dikhianati oleh siapapun. Terlepas dari apapun, sejarah adalah harga yang harus kita bayar dengan sangat mahal,” demikian Haikal dalam tulisannya. (*)