Kupi Beungoh

Nyakwa Rohani Secuil Kisah Perih di Bumi Serambi Mekkah

Nyak Rohani tinggal bersama suami dan 6 anaknya di rumah sempit dan sumpek di Desa Baet Dusun Payung Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar

Editor: Zaenal
Humas Barisan Muda Ummat (BMU)
Ketua Umum DPP Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk M Yusuf M. Nasir atau Abiya Rauhul Mudi (peci merah) dan Teuku Zulkhairi di rumah Nyakwa Rohani, di Baet Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Jumat (4/1/2019) malam. 

Oleh: Teuku Zulkhairi *) 

NYAKWA Rohani (49 tahun) dan suaminya Ibrahim (54 tahun) adalah orang asli Aceh Besar. Mereka memiliki enam orang orang anak. Empat perempuan dan dua laki-laki.

Berdelapan mereka tinggal di rumah yang sangat sempit dan sumpek di Desa Baet Dusun Payung Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Di desa itu pula mereka semua lahir.

Ukuran rumahnya sekitar 4x9 meter. Dinding dan atap rumahnya ditempeli dengan seng-seng bekas pemberian orang yang sudah karatan.

Saya yang menemani Ketua Umum DPP Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk M Yusuf Nasir berkunjung ke rumah Nyakwa Rohani, Jumat (4/1/2019) malam, melihat kondisi rumah ini sangat-sangat jauh untuk disebut layak ditinggali.

Rumah sekecil itu yang ditinggali delapan orang. Setiap jengkal dalam rumah harus menjadi tempat tidur. Dan di rumah sekecil itu, tidak ada kamar mandi (WC).

Nyakwa Rohani sehari-hari bekerja mencari tirom (tiram), dengan penghasilan maksimal 50 ribu per hari.

Dari uang itu, kadangkala untuk beli beras pun tidak cukup. Apalagi ia juga harus memberi untuk jajan untuk anak-anaknya yang tetap sekolah di pagi hari.

Sementara suaminya bekerja menjaga tambak orang, tapi penghasilannya tidak menentu.

Jika sesekali ada pemasukan, paling hanya cukup untuk beli beras untuk keluarganya.

Baca: Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tu Sop Bersilaturahmi ke Kantor Serambi Indonesia

Sebenarnya, kata Nek Rohani didampingi suaminya, sejak pascatsunami berkali-kali sudah orang-orang pemerintah mendata rumahnya.

Tapi hingga kini, rumahnya belum tersentuh bantuan apapun.

Kalau kita pergi ke lorong masuk ke rumah Nyakwa Rohani, maka kita akan melihat rumah beliau satu-satunya yang paling berbeda, karena tertinggal dari geliat pembangunan.

Padahal, dari Krueng Cut ke Kantor Gubernur hanya sekitar 7 - 10 menit dengan sepeda motor.

Sudah begitu banyak banyak proposal permohonan rumah dhuafa yang mereka buat karena disuruh buat.

Tapi bantuan rumah dhuafa hingga kini tak kunjung datang.

Beberapa bulan lalu, Nek Rohani kembali mengantar proposal ke Kantor Gubernur Aceh.

Dari situ ia disuruh ke Baitul Mal seraya dikasih nomor agenda oleh pegawai di kantor Gubernur.

Sesampai di Baitul Mal, dan berkali-kali ia ke situ dengan berjalan kaki dan hati yang luka untuk menanyakan nasib proposalnya.

Rupanya, proposalnya pun tidak diketahui entah kemana.

Dilacak oleh pegawai disitu, katanya tidak ada proposal dari beliau.

Baca: Aceh Dapat Bantuan 2.005 Unit Rehab Rumah Warga Miskin dari PUPR, Ini Kabupaten Penerima Terbanyak

Baca: Pakai Dana Swadaya, Komunitas Kami Peduli Bireuen Bedah Rumah Warga Miskin di Juli Tambo Tanjong

Nek Rohani pun kembali lagi ke Kantor Gubernur. Dari kantor Gubernur disuruh balek lagi ke Baitul Mal. Dan tetap saja jawabannya tidak ada proposal atas nama beliau dan suaminya.

Nek Rohani, suami dan anak-anaknya adalah secuil kisah pilu orang-orang papa yang luput dari hiruk pikuk pembangunan.

Telah bertahun-tahun dana otonomi khusus mengalir ke Aceh, Nek Rohani dan keluarganya luput dari perhatian.

Mereka pun menjalani hari-hari seperti biasanya, pasrah dengan keadaan dan menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.

Tapi jangan anggap mereka pemalas dengan nasib mereka seperti ini.

Seperti yang saya ceritakan di atas, Nek Rohani dan suaminya adalah pekerja keras.

Bayangkan bagaimana kerasnya, setiap hari bekerja mencari tiram.

Begitu juga suaminya menjaga tambak orang dan apapun pekerjaan yang bisa dilakukan untuk membeli beras.

Tidak bekerja bagi mereka berarti sama dengan tidak makan.

Baca: Presiden Komunitas Aceh Peduli di Malaysia Jalin Kerja Sama Dengan BMU

***

Kisah Nyakwa Rohani dan keluarganya ini adalah secuil kisah perih di Bumi Serambi Mekkah.

Mereka luput dari geliat pembangunan Aceh di tengah kucuran dana Otonomi Khusus (Otsus) yang melimpah.

Entah siapa yang salah. Yang pasti, saling menyalahkan bukanlah soslusi.

Keluarga Nyakwa Rohani butuh solusi dari siapapun yang punya empati.

Mereka bukan pemalas, tapi mereka membutuhkan perhatian dari orang-orang yang berkecukupan, supaya memiliki tempat tinggal yang layak.

Dengan tempat tinggal yang layak, yang di situ ada kamar mandi, mereka akan mudah dan nyaman untuk beribadah dan menjalani kehidupan.

*) PENULIS Teuku Zulkhairi adalah aktivis Barisan Muda Ummat (BMU) Provinsi Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca: Dua Janda Miskin Tinggal di Gubuk

Baca: Kisah Sedih Relawan Pidie Mengajar, Sibuk Bantu Duafa Rumah Sendiri Bocor

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved