Praktik Prostitusi dalam Peradaban Manusia: Prostitusi Kuil Hingga Kamp Penghibur Prajurit Perang
Ada juga praktik prostitusi yang terjadi sebagai cara untuk meraih kedudukan sosial bagi pelakunya atau dianggap
Namun, perdebatan bukan terkait eksistensi jenis prostitusi ini, melainkan penjelasan detail mengenai praktiknya.
Baca: Bawaslu Abdya Imbau Caleg tak Pakai Fasilitas Negara, Ini Sanksinya
Biasanya, pelaku prostitusi melakukan "transaksi" di dalam kuil-kuil yang suci, bahkan dengan izin para petinggi kuil. Selain itu, mereka juga hadir untuk bekerja melayani kuil untuk para dewa.
Belum ada data mengenai berapa banyak praktik prostitusi ini terjadi. Para ahli menyebut praktik ini terjadi sebab mereka adalah budak yang jasanya dijual demi mendapatkan uang untuk kuil.
Namun, ada juga ahli yang menyatakan bahwa para pelaku prostitusi ini punya peran yang jauh lebih dihormati dalam praktik pemujaan. Ada pendapat bahwa mengunjungi kuil dan menyewa pelaku prostitusi adalah bentuk ritual.
Teori ini sangat populer dalam hubungannya dengan kultus kesuburan. Ada juga yang mengaitkannya dengan bentuk pengorbanan tubuh untuk para dewata.
Baca: Fakta di Balik The Scream, Dari Cerita Tentang Bunuh Diri Hingga Jadi Inspirasi Film
3. Devadasi
Seorang Devadasi adalah perempuan yang dipaksa menjalani kehidupan prostitusi di India, untuk melayani dewi kesuburan, Yellamma.
Ketika anak perempuan mencapai usia dewasa, orang tua mereka melelang keperawanan mereka kepada penawar tertinggi.
Setelah itu, mereka yang dipilih akan mendedikasikan hidupnya untuk sebagai pemuas kebutuhan seksual bayaran atas nama Yellamma.
Baca: Pembuat Hoaks 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos Hapus Akun, Buang Ponsel, Lalu Kabur dari Jakarta
Setiap malam, nasib mereka sama, "dijual" kepada siapa pun yang membayar paling banyak. Bagi orangtua, ini bukan transaksi yang buruk.
Praktik ini telah menjadi kebiasaan dari agama Yellamma selama berabad-abad. Meski sempat dilarang di India pada 1988, praktik ini masih berlanjut hingga hari ini.
Baca: TNI Diserang saat Ambil Logistik di Papua, Kontak Tembak Terjadi, Ada yang Tewas dan Terluka
Stigma yang melekat pada Devadasi tentu sangat berat. Bahkan jika para wanita melepaskan dari kehidupan tersebut, mereka tidak akan pernah menikah, sebab tidak ada jalan untuk kembali.
Sebagian besar Devadasi diusir dari kuil saat berusia 40-an. Saat itu mereka tidak lagi dianggap muda dan cukup menarik untuk membawa kehormatan bagi dewi mereka.
Keberadaan wanita ini sering tak tercatat dalam sejarah. Pada 1932, militer Jepang mulai merekrut wanita, kebanyakan orang Korea, untuk bekerja di "pos hiburan" yang didirikan.