Praktik Prostitusi dalam Peradaban Manusia: Prostitusi Kuil Hingga Kamp Penghibur Prajurit Perang

Ada juga praktik prostitusi yang terjadi sebagai cara untuk meraih kedudukan sosial bagi pelakunya atau dianggap

Editor: Fatimah
Shutterstock
ILUSTRASI 

Masyarakat India mengakui Ganika adalah kelas elite dalam hierarki sosial. Selain bakat seksual, para pelaku prostitusi ini punya keterampilan lain di bidang seni pertunjukan.

Setelah seseorang menguasai 64 skill suatu seni pertunjukan, biasanya akan dianggap sebagai Ganika.

Mereka biasanya melayani kaum bangsawan atau kalangan istana, sehingga dilindungi oleh hukum negara. Tidak ada pelanggan yang dapat memukul atau memberi sanksi jika Ganika menolak melayani tamunya.

Selain itu, kecantikan para Ganika membuat banyak puisi atau lagu yang tercipta untuk mereka.

Baca: 1.488 Mahasiswa Universitas Syiah Kuala KKN di Aceh Jaya

7. Zonah

Zonah merujuk pada pelaku prostitusi dalam kitab Ibrani. Tak seperti perempuan dalam budaya Ibrani, mereka tidak "dimiliki" oleh seorang pria dan tidak bertanggung jawab untuk menghasilkan anak-anak untuk membawa garis keluarga.

Memang tak banyak ayat dalam kitab Ibrani yang menyebut mengenai Zonah.

Dalam kitab itu hanya disebut mengenai larangan seorang ayah untuk menjual anaknya ke lingkar prostitusi. Ada juga yang menyebut bahwa jika anak pendeta terjerat sebagai Zonah, maka dihukum dengan cara dibakar.

Para pemuka agama juga dilarang untuk menikahi Zonah. Hanya orang biasa yang bisa menikahi mereka.

8. Hetaira

Hetaira adalah pelaku prostitusi kelas tinggi di Athena. Saat itu, prostitusi dilegalkan, namun pelakunya tak boleh menjadi warga Athena.

Ini menyebabkan Hetaira kebanyakan dianggap sebagai budak atau berasal dari orangtua yang bukan warga Athena.

Hetaira tak bekerja secara "diam-diam", melainkan juga hadir dalam keramaian di sebuah simposium.

Baca: Pulang Kampung, Sofyan Djalil Janjikan Modal untuk Pekebun Hidroponik

Mereka dilarang menikahi warga negara, tetapi bisa dibeli dan dibebaskan oleh satu orang meskipun praktik itu tidak disukai.Status mereka sebagai Hetaira tidak akan pernah dihapus. Jika mereka tertangkap berpura-pura menjadi warga negara, maka akan diseret ke pengadilan.

Mereka yang terbukti bersalah biasanya akan kembali diperlakukan sebagai budak.

Hetaira sering dijadikan "simpanan" orang-orang kuat di Athena saat itu.

Karena memiliki bentuk tubuh yang elegan dan kecantikan yang luar biasa, banyak para Hetaira yang dijadikan model dalam pembuatan patung Aphrodite.

Baca: 164 Jamaah Calon Haji Mulai Buat Paspor di Kantor Imigrasi Kelas II TPI Langsa

9. Tawaif

Para tawaif dikenal sebagai seniman pertunjukan di India Utara selama abad ke-18 hingga awal ke-20. Sama seperti geisha, mereka adalah penari dan musisi.

Stigma sebagai pelaku prostitusi tak serta merta ditujukan kepadanya. Pengguna "jasa" mereka pun biasanya tak dianggap sebagai "klien", melainkan patron.

Baca: Dana Kampanye Capres Jokowi-Maruf Amin di Bireuen Cuma Rp 1,5 juta, Prabowo-Sandi Rp 5 Juta

Jika mereka memiliki anak perempuan dapat meneruskan kekayaannya, juga seringkali profesinya.

Para Tawaif dilarang menikah, tetapi bisa masuk ke dalam jenis hubungan formal dengan patronnya, namun bukan sebagai istri sah.

Uniknya, sang istri dan Tawaif kerap dianggap sebagai dua sisi mata uang. Istri patron menjadi pendamping tradisional sebagai penerus garis keluarga, sedangkan Tawaif hanya memenuhi kebutuhan sensual.

(Aswab Nanda Pratama)

Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Sejarah Praktik Prostitusi dalam Peradaban Manusia: Dari Prostitusi Kuil Hingga Kamp Penghibur Prajurit yang Berperang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved