Opini
Aceh Panggung Gagasan Profesor Indonesia
SEKITAR 200 guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia direncanakan akan hadir dalam Rapat Kerja Nasional Forum
Konon kiprah profesor harus tepat sasaran, karena ilmuan bukanlah kutu yang bertengger di dalam buku. Maka sejauhmana ketersinggungan kontribusi ilmunya yang ditunggu oleh masyarakat, sehingga kesan “menara gading” yang dipatri untuk perguruan tinggi, akan sirna dan tertelan oleh kontribusi yang diharapkan. Maka untuk lebih konsen, bila perlu semua guru besar di kampus disediakan “kacamata tembus” agar mampu melihat lingkungannya ke internal dan eksternal di luar kampus. Tidak hanya dipaksakan untuk mewujudkan jurnal tertelaah di berbagai disiplin ilmu.
Tujuan penggunaannya “kacamata tembus” untuk para guru besar, agar lebih khusuk dalam menjalankan dokrin “Tri Dharma Perguruan Tinggi” dan tidak terkesan hanya melahirkan rezim Scopus, untuk dijadikan pajangan dalam sejarah baru Indonesia dan perlu selalu menyiapkan program penelitian lapangan, serta pemberdayaan masyarakat agar peran kampus dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat yang mendambakan uluran tangan para profesor.
Pemerataan pendidikan tinggi nasional harus diprioritaskan. Perlu dipacu, karena banyaknya perguruan tinggi swasta di daerah-daerah yang berada pada level bawah yang masih merangkak minta dinegerikan. Lebih dari itu, banyak perguruan tinggi swasta yang mati suri untuk dibangunkan kembali. Target untuk pemerataan pendidikan harus dimulai secara botton up dan tidak top down.
Dewan Guru Besar perlu melahirkan gagasan baru untuk mengindentifikasi dan menyesuaikan kurikulum yang spesifik untuk suatu perguruan tinggi di daerah-daerah yang perlu disesuaikan dengan tuntutan zaman dan lingkungan, serta layak dipasarkan.
Jika pemerataan pendidikan tinggi dapat diwujudkan, maka sebutan universitas sebagai “menara gading”, akan berubah bahwa ilmuan bukanlah gading di atas menara. Sebagaimana harapan dan terjemahan awam, mengharapkan personalitas seorang guru besar, dituntut lebih banyak berada di lapisan masyarakat bawah agar terlihat gaungnya.
Pangkat fungsionalitas seorang guru besar idealnya jika ditilik dari wilayah ilmu, maka profesor harus selalu objektif; sedangkan di wilayah moral profesor disebut jujur; di wilayah budaya adalah kerendahan hati; di wilayah hukum disebut adil, di wilayah olahraga disebut sportif; di wilayah kepemimpinan disebut bijaksana dan arif; di wilayah pertanian konsen untuk meningkatkan produksi; di wilayah ekonomi adalah keuntungan atau kerugian; di wilayah cinta kasih profesor disebut setia; dan di wilayah ketuhanan profesor adalah kepatuhan. Selamat melaksanakan Rakernas!
* Prof. Dr. Ir. Yuswar Yunus, M.P., Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh. Email: yuswar_dr@yahoo.com