Polri Siapkan Personel Bebaskan 2 WNI yang Disandera Abu Sayyaf, Keluarga Tak Mampu Bayar Tebusan
Polri menyiagakan personel terkait pembebasan dua warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap dan disandera kelompok Abu Sayyaf, Filipina.
Sampai saat ini, keluarga korban sandera belum dapat berkomunikasi dengan anggota keluarganya yang disandera oleh kelompok teroris Abu Sayyaf.
“Saat ini keluarga besar kami sedang menunggu hasil dan informasi perkembangan dari berita,” kata keponakan Hariadin, Fitri Amelia, saat ditemui di rumahnya, Jumat (22/2/2019).
Menurut Fitri, para keluarga korban sandera ini belum juga mengetahui kondisi para korban yang sampai saat ini masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Ia menambahkan, kelompok teroris Abu Sayyaf hanya menghubungi pemilik kapal ikan di Malaysia.
Pemilik kapal ikan itu langsung memberitahu istri pamannya yang saat ini masih berada di Malaysia.
“Sejauh ini hanya dari pihak perusahaan kapal yang menghubungi istrinya dan istrinya yang menghubungi ke kampung. Yang hubungi dari (kelompok) Abu Sayyaf sendiri,” ujarnya.
Walaupun demikian, Fitri dan keluarga korban sandera lainnya masih sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat agar pamannya, Hariadin dan temannya, Heri Ardiansyah, bebas.
“Harapannya, agar pemerintah Indonesia secepatnya bisa membantu keluarga kami agar keluarga kami bisa secelatnya berkumpul bersama,” ucap Fitri.

Sebelumnya, teroris Abu Sayyaf yang menyandera warga Malaysia dan dua nelayan Indonesia mengancam akan memenggal ketiganya jika tidak ada uang tebusan yang dibayarkan untuk pembebasan mereka.
Dikutip dari TheStar, para teroris telah merilis sebuah video dengan pesan ancaman mereka.
Video tersebut memperlihatkan dua tahanan asal Indonesia berlutut dan ditutup matanya, di mana seorang teroris memegang parang dan menempelkan ke leher sandera.
"Saya warga negara Indonesia, pekerjaan saya nelayan di Sabang, Sandakan. Saya kena tangkap oleh Abu Sayaf Filipina di Laut Sandakan. Saya minta perhatiannya pemerintah terutama Presiden untuk membebaskan kami," ujar salah seorang sandera dalam video tersebut.
Para sandera diidentifikasi sebagai Heri Ardiansyah (19) dan Hariadin (45) asal Indonesia, bersama dengan satu sandera asal Malaysia, Jari Abdulla (24).
Sandera dalam video itu, memohon kepada presiden Indonesia untuk menyelamatkan mereka, memberikan kontak seorang negosiator Indonesia untuk memulai diskusi soal tebusan.
Para penculik telah memperjelas, bahwa tanpa tebusan, para tahanan akan dipenggal.