Misi Jokowi dan Kekhawatiran Prabowo pada Perkembangan Startup dan Unicorn di Indonesia
Dari tujuh unicorn yang ada di ASEAN, empat perusahaan berasal dari Indonesia yakni Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kekhawatiran Prabowo terkait keuntungan unicorn yang beralih ke luar negeri cukup berdasar.
Pasalnya, startup unicorn mengandalkan modal asing dalam jumlah yang cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Crunchbase, Gojek misalnya memiliki enam investor utama yang merupakan perusahaan asing yakni Tencent Holdings, Google, Jd.com, Warbug Pincus, dan KKR&Co.
Selain itu, Tokopedia juga mendapatkan suntikan investasi dari Alibaba Group yang merupakan e-commerce asal Cina.
Baca: Setelah Beli Saham Tempo dan BRI Syariah, Yusuf Mansur Berharap PayTren Jadi Unicorn
Menurut Bhima, hal ini bisa merugikan dalam beberapa aspek. Pertama, kedaulatan data yang dimiliki startup menjadi tergadaikan.
Padahal, data merupakan sumber daya paling penting di era ekonomi digital.
“Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu,” jelas Bhima ketika dihubungi, Senin.
Selain itu, Bhima mengingatkan agar pemerintah waspada terhadap masifnya produk asal Cina yang masuk ke startup unicorn, dalam hal ini perusahaan e-commerce.
Berdasarkan data Indonesian e-Commerce Association, sebanyak 93 persen produk yang dijual online merupakan impor.
“Artinya, e-commerce yang harusnya bisa mendorong UMKM berkembang, keuntungannya justru keluar ke negara asal penyuntik dana itu,” tutur dia.
Baca: Polisikan Sandiaga Uno, Eks Kombatan GAM Sebut Penguasaan Lahan Prabowo Adalah Bohong Besar
Bhima meminta pemerintah mendorong alokasi kredit bank milik negara untuk startup digital.
Dia menilai hal ini bisa mengurangi dominasi modal asing di startup Indonesia.
Bhima mengatakan upaya dan strategi pemerintah, seperti pada misi Jokowi, untuk memperluas jangkauan dan kecepatan internet sudah tepat untuk mendorong perkembangan startup.
Namun rencana itu juga perlu diimbangi dengan dukungan regulasi soal permodalan.
“Tidak hanya infrastruktur yang diperlukan, tapi juga masalah permodalan dan regulasi,” kata dia.
Di samping itu, kehadiran unicorn di Indonesia telah membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat.
Bhima memperkirakan ada sekitar dua juta pengemudi yang bekerja untuk startup di bidang jasa transportasi, sedangkan di bidang e-commerce bisa mencapai sekitar enam juta orang.(Anadolu Agency)
Baca: Hingga Januari 2019, Utang Pemerintah Pusat Capai Rp 4.498,6 Triliun