Mahathir Minta Johor Tekan Singapura Soal Perjanjian Impor Air, Harga saat Ini tidak Masuk Akal

Masalah ini menjadi topik panas saat Mahathir pada Juni 2018 mengatakan harga air mentah yang dijual ke Singapura tidak masuk akal.

Editor: Zaenal
Google maps
Peta Johor dan Singapura 

Dia juga menegaskan, baik Malaysia maupun Singapura, tidak dapat sepihak mengubah ketentuan perjanjian antara kedua negara.

Kementerian Luar Negeri Singapura juga menggarisbawahi kedua negara harus mematuhi secara penuh perjanjian air 1962.

Hal ini karena perjanjian itu merupakan perjanjian fundamental yang dijamin dalam perjanjian 1965, yaitu perjanjian pemisahan kedua negara yang didaftarkan di PBB.

"Perjanjian Air 1962 adalah perjanjian mendasar yang dijamin oleh kedua pemerintah dalam Perjanjian Pemisahan 1965 yang terdaftar di PBB," ujar Kemlu Singapura. 

Pemandangan pusat kota Johor Baru, Malaysia. Johor adalah surga bagi wisatawan domestik dan asing, terutama dari Singapura.
Pemandangan pusat kota Johor Baru, Malaysia. Johor adalah surga bagi wisatawan domestik dan asing, terutama dari Singapura. (nst.com.my)

Situasi berubah

Pengamat Ekonomi Internasional Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan langkah Mahathir menegosiasikan ulang perjanjian air dengan Singapura adalah hal yang relevan.

Menurut dia, harga air itu dibuat pada tahun 1960an yang harganya sudah jauh berbeda dengan kondisi saat ini.

Selain itu, kata Fithra, kapasitas air yang dimiliki Johor semakin lama semakin berkurang akibat penyedotan dalam skala besar.

“Cara mengurangi overuse itu dengan menaikkan harga karena supply-nya juga terbatas,” ujar peraih doctor dari Graduate School of Asia-Pasific Studies di Waseda University, Jepang ini kepada Anadolu Agency pada Rabu (6/2/2019) lalu.

Baca: Batalkan Proyek Rp 281 Triliun yang Dibiayai China, Mahathir: Malaysia Bisa Miskin Bila Diteruskan

Baca: Sebut Najib Razak Jatuh Akibat Korupsi, Ini Keinginan Besar Mahathir Mohamad Tahun 2019

Di sisi lain, kata Fithra, teknologi Malaysia kini sudah maju dibanding pada 1960.

Hal tersebut memungkinkan Malaysia untuk melakukan pengelolaan air sendiri tanpa Singapura.

“Kalau pada 1960an, teknologi Singapura jauh lebih advance dibanding Malaysia,” ujar Fithra.

Fithra mengatakan Singapura sebenarnya mampu dalam pengelolaan air tanpa bergantung dengan Johor.

Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan Singapura, salah satunya melakukan pengolahan air laut.

Namun, kata Fithra, ongkos untuk melakukan itu sangat besar.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved