Kisah Pemuda Asal Buton yang Kuliah di 3 Kampus, Negara Berbeda, dan Dapat 3 Gelar Master

Saya pribadi tidak fasih berbahasa Jerman, karena keadaan memaksa tapi saya tahu cara memesan makanan, membayar sesuatu

Editor: Fatimah
KOMPAS.com
La Ode Marzujriban atau yang akrab dipangil Iban. 

Sebenarnya metode ini sudah beberapa tahun lalu digencarkan tapi tesis saya lebih mencari metode baru untuk melokalisasi jika ada rekahan dalam medium dan medium itu bisa dari sampel batuan atau lebih besar seperti patahan dalam bumi.

Contoh sederhananya misalnya teman-teman punya sebongkah batu kemudian bongkah batu itu dilewatkan gelombang kemudian diukur setelah itu di batunya berikan rekahan kemudian diberi gelombang lagi kemudian diukur lagi, tentu ada perbedaan.

Baca: Truk Tangki yang Kecelakaan di Subulussalam Bawa BBM Milik PLTD Rimo Aceh Singkil

Nah yang saya lakukan adalah tanpa melihat batuannya kita bisa mengetahui kira-kira di mana lokasi rekahannya, seberapa panjang lokalisasi rekahannya.

Kemudian akan di tes di wave lab dan metode yang akan saya lakukan formalasi di tesis akan saya coba implemantasikan pada laboratorium tersebut.

DW: Menurut kamu apa tantangan selama menjalani program ini?

Iban: Kalau dari sisi akademik tidak ada kendala yang berarti.

Namun pindah-pindahnya cukup merepotkan karena kita harus pindah negara semua diurus lagi dari awal. Ibarat pacaran, sedang-nyaman-nyamannya tetapi harus pergi.

Awalnya juga depresi karena di program ini tidak ada mahasiswa Indonesia, harus adaptasi dengan perbedaan budaya mahasiswa negara-negara lain.

Kalau di Jerman sendiri tantangannya itu bahasa, kalau di luar akademik Bahasa Inggris jarang digunakan.

Baca: Tiga Kendaraan Terlibat Tabrakan di Bireuen, Warung dan Rak Mie Ikut Rusak

Akan sangat susah kalau misalnya teman-teman tidak bisa menggunakan basic bahasa Jerman.

Saya pribadi tidak fasih berbahasa Jerman, karena keadaan memaksa tapi saya tahu cara memesan makanan, membayar sesuatu, atau paling urgent jika tersesat menanyakan arah.

DW: Apa rencana kamu setelah lulus nanti?

Iban: Saya ingin melanjutkan karier saya sebagai researcher, kemudian melakukan riset-riset ilmiah.

Saya juga ingin mengambil PhD dan bekerja di suatu laboratorium.

Kalau kembali ke Indonesia saya berkeinginan bergabung bersama LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). (Ervan Hardoko)

Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Kisah Iban, Pemuda Asal Buton yang Berkuliah di 3 Kampus Sekaligus di 3 Negara Berbeda, dan Dapat 3 Gelar Master

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved