Setelah Ethiopian Airlines dan Lion Air Jatuh, Boeing Kurangi Produksi Model 737
Mereka akan menurunkan produksinya dari 52 pesawat menjadi 42 setiap bulannya mulai pertengahan April, demikian pernyataan resmi Boeing.
Dalam kasus Lion Air JT610, MACS tidak bekerja dengan baik sehingga setiap kali pilot menaikkan hidung pesawat, MCAS aktif kembali dan menurunkan hidung pesawat.
Insiden ini terjadi lebih dari 20 kali sebelum akhirnya Lion Air JT610 menghujam laut dan menewaskan ke-189 orang di dalam pesawat.
Baca: Pemkab Tamiang Bagi Hadiah untuk Yatim dan Disabilitas
Badan Penerbangan Federal AS (FAA) mengatakan ada kemiripan antara peristiwa Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Dalam jumpa pers sebelumnya, Boeing menegaskan pemutakhiran ini bukanlah pengakuan bahwa sistem tersebut yang menyebabkan jatuhnya pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Kesulitan apa yang dihadapi Boeing?
Kecelakaan yang menimpa pesawat maskapai Ethiopian Airlines ET302 menyebabkan maskapai di seluruh dunia "tidak menerbangkan" pesawat 737 Max.
Perusahaan ini juga mendapat cecaran pertanyaan mengapa mereka tidak melakukan larangan terbang terhadap model 737 Max lebih awal setelah insiden di Indonesia.
Badan Penerbangan Federal AS (FAA) merupakan badan keselamatan penerbangan terakhir yang menangguhkan penerbangan pesawat Boeing 737 Max, sehingga muncul tuduhan mereka memiliki kedekatan dengan Boeing.
Baca: Dapat Hadiah Sepmor, Dandim Batalkan Undian, Lalu Tarik Nomor Lain untuk Masyarakat
Perusahaan ini juga mendapat cecaran pertanyaan mengapa mereka tidak melakukan larangan terbang terhadap model 737 Max lebih awal setelah insiden di Indonesia.
Beberapa negara —termasuk Indonesia, Inggris dan Cina—telah melarang pengoperasian Boeing 737 Max menyusul jatuhnya pesawat jenis ini di Ethiopia dan Indonesia. Sejumlah maskapai kemudian membatalkan pemesanan model ini.
Setelah pernyataan itu, saham Boeing turun lebih dari 1% dalam neraca perdagangan setelah berakhirnya jam kerja.
Bagaimana reaksi para korban?
Pihak Boeing telah meminta maaf pada Kamis atas insiden dua kecelakaan tersebut, namun langkah ini belum memuaskan sebagian keluarga korban yang mempertanyakan mengapa Boeing tidak bertindak untuk menerbangkan model pesawat itu
Ayah dari pilot Ethiopian Airlines, Dr Getachew Tessema, mengatakan kepada BBC bahwa permintaan maaf itu "sudah terlambat".
Pilot Yared Getachew, 29 tahun, memiliki pengalaman terbang lebih dari 8.000 jam ketika dia menjadi korban meninggal dalam kecelakaan itu.