Idul Fitri 1440 H
Tradisi Perang-perangan, Kegembiraan yang Membahayakan
Anak-anak ini berpenampilan layaknya pasukan bersenjata, lengkap dengan kaca mata hitam dan kain penutup wajah (seperti sebo)
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Zaenal
Di Kota Blangpidie, misalnya, pedagang senjata mainan sangat mudah ditemukan di Jalan Central, Jalan Perdagangan, Jalan H Ilyas, Jalan Pendidikan.
Pedagang senjata yang datang dari luar daerah dan pedagang lokal setempat menawarkan senjata dengan harga sangat beragam, mulai harga Rp 20.000, Rp 40.000, Rp 70.000 sampai Rp 120.000 per unit.
Baca: Aksi Perang-perangan Meresahkan Pengguna Jalan
Baca: Perang-Perangan di Atas Mobil
Senjata yang ditawarkan pun laris manis.
Malahan ada sejumlah orang tua turut mendampingi anaknya untuk membeli senjata.
Aneka senjata mainan yang mirip senjata asli ini laku keras selama Idul Fitri 1440 H sehingga pedagang senjata mainan meraup untung lumayan besar.
Namun, masih banyak orang tua khawatir tradisi perang-perangan di kalangan anak-anak ketika merayakan lebaran sebaiknya dihentikan saja dengan cara melarang kegiatan pedagang yang menjual senjata mainan yang menjamur ketika tiba lebaran.
Larangan menjual senjata mainan dengan alasan sangat membayakan bagi anak-anak.
Sebab, kendati berpeluru plastik tapi senjata mainan tersebut bisa membuat cidera, misalnya terkena mata bisa pecah.
Petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Rumah Sakit Umum Tengu Peukan (RSU TP) Abdya ketika dihubungi Serambinews.com, Minggu siang, tadi, memang mengaku belum menerima pasien anak-anak yang terkena peluru senjata mainan di bagian mata.
“Lebaran tahun lalu, ada, tapi tahun ini, belum,” kata salah seorang petugas piket.(*)