Feature
Kisah Putri, Siswi dari Peureurak yang tak Punya Beras Bertemu Menteri dan Kado Istimewa di HUT RI
Putri Dewi Nilaratih, anak kelima dari tujuh bersaudara keluarga Suparno -Mariani, suatu ketika harus pulang lebih awal dari sekolah.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Ia mengajak serta anaknya yang nomor dua, lulusan SMK, sebagai buruh bangunan.
Ketika peristiwa Putri kelaparan di sekolah, Suparno mengaku sedang menuju pulang ke Peureulak dari tempat kerjanya di Banda Aceh.
Ia waktu itu punya gaji 700 ribu, tapi tak bisa dibawa pulang, sebab harus melunasi pinjaman sebesar Rp 1 juta.
"Masih kurang 300 ribu lagi. Tapi karena dekat lebaran, saya memilih pulang saja, walau tak bawa uang," kisah Suparno.
Mariani, ibu Putri, sehari-hari mengasapi dapur dengan berjualan gorengan.
Per hari bisa membawa pulang Rp 20 ribu keuntungan.
Tentu saja penghasilan itu tak mencukupi.
Mereka juga punya 15 ekor ayam dan memperoleh bantuan beras raskin dan bantuan program keluarga harapan (PKH) sejak 2012.
Bantuan diberikan per tiga bulan dengan jumlah antara 500 ribu sampai 1,2 juta.
Mereka juga mendapat bantuan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Inilah yang membuat Putri dan saudara-saudaranya bisa bersekolah dengan nyaman.
"Polwan itu cantik dan rapi, sangat wibawa," kata Putri saat menjelaskan tentang polisi wanita atau Polwan.
Pasangan Suparno -Mariani dikaruniai tujuh putra dan putri.
Anak pertama, perempuan sudah menikah dan ikut suami.
Anak kedua sudah tamat sekolah menengah kejuruan, ikut jadi buruh bangunan bersama sang ayah.