Bus PMTOH
Jadi Sopir Bus Legendaris PMTOH, Bachrum Walidin: Hidupku di atas Roda
Bachrum adalah sopir PMTOH, bus legendaris dari Aceh yang mengantarkan rombongan seniman kopi Gayo dari Sanggar Pegayon, menuju Sarinah, Jakarta.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Bachrum Walidin (64), Jumat (23/8/2019) tiba di Resto and Coffee The Atjeh Connection Sarinah, Jakarta, mengenakan sandal dan kaos. Rambutnya putih semua. Ia datang bersama tiga rekannya.
Bachrum adalah sopir PMTOH, bus legendaris dari Aceh yang mengantarkan rombongan seniman kopi Gayo dari Sanggar Pegayon, menuju Sarinah, Jakarta.
"Ini pengalaman saya pertama bawa rombongan seniman ke pusat kota Jakarta," kata Bachrum, mengawali ceritanya.
Bus PMTOH melaju dari arah Setu-Bambu Apus Jakarta Timur. Memasuki tol dalam kota menuju Semanggi.
Bus ini itanpa AC. Tapi para seniman kopi Sanggar Pegayon tak memperdulikannya, mereka asyik bernyanyi dan menyiarkannya melalui media sosial instagram.
Bus ke luar pintu tol Komdak-Semanggi dan berbelok menuju Sudirman-Thamrin arah ke Monas. Bachrum ketika tidak duduk di bangku kemudi, ia di bangku pemandu arah. Bus dikemudikan rekannya.
Seniman yang diangkut untuk mengisi acara "Ekspedisi Kopi Gayo" di The Atjeh Connection Sarinah, milik Amir Faisal Nek Muhammad, pria berdarah Aceh dari Sigli.
Bachrum Walidin sendiri berasal dari Lueng Putu, Pidie Jaya. Pulang ke rumah 15 hari sekali. Lalu berangkat lagi menjalani hidup di atas putaran roda PMTOH rute Aceh-Solo-Yogya. "Hidup kami di atas roda ini," ia menambahkan.
PMTOH, merupakan bus perdana dari Aceh yang membuka trayek ke Solo dan Yogyakarta pada 1986.
Ketika itu, PMTOH mengangkut penumpang dan barang dari Aceh, melintasi jalur lintas Sumatera, mulai dari Aceh, Medan, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Lampung dan menyeberangi Selat Sunda menuju daratan Pulau Jawa.
"Saya sudah 33 tahun jadi sopir PMTOH," lanjut Bachrum Walidin.
Dia termasuk sopir perintis masuk ke Pulau Jawa. "Sejak dulu bus yang saya bawa kelas ekonomi, tanpa AC. Kan bus AC baru saja ada," katanya sambil tertawa.
Mencapai Tanah Jawa menghabiskan waktu lima hari lima malam dari Banda Aceh. Bachrum Walidin menjalaninya dengan senang dan tanpa beban.
"Ya beginilah saya jalani sampai sekarang," kata bapak lima anak ini.
Sebelum bekerja di PMTOH, Bachrum Walidin pernah menjadi sopir di beberapa bus angkutan penumpang lain. Juga pernah jadi sopir truk.
Tapi sejak 1986, Bachrum bergabung dengan PMTOH dan menjadi sopir perintis menuju pulau Jawa.
Banyak peristiwa dialami Bachrum. Terutama menghadapi penumpang yang tak punya ongkos, atau penumpang kekurangan ongkos. Semuanya diterima dan dilayani dengan baik.
"Itu sudah biasa. Pak minta tolong ongkos habis. Itulah arti PMTOH," kata Bachrum sambil tertawa.
Bahkan ada penumpang yang tega membohonginya, yang mengaku tak punya uang, eh sampai di Aceh, pergi begitu saja, tanpa ucapan terima kasih.
"Padahal awalnya ongkos dijanjikan dibayar saat tiba di Banda Aceh. Ya begitu, habis mau bagaimana lagi, kita terima saja," Bachrum sambil mengenang peristiwa getir seperti itu.
"Rugi? Ya gak juga. Buktinya kita bisa jalani dengan baik sampai sekarang," lanjut Bachrum mengenai tingkah para penumpang yang menumpang PMTOH.
Ia menyebut, semuanya itu sebagai membantu sesama, bagi yang sedang kesusahan.
Tak lama berselang, PMTOH tiba di depan Sarinah. Para seniman kopi Sanggar Pegayon turun dari bus sambil membunyikan alat musik canang, menari dan bernyanyi.
Di tangga Gedung Sarinah sudah menunggu Amir Faisal, Direktur Sarinah dan para penonton lainnya. Amir Faisal didampingi istri, Anita Amir Faisal.
Mereka ikut menari bersama dalam iringan musik canang Gayo.
Amir Faisal pun mendapat kehormatan menerima kain adat Gayo "upuh ulen-ulen."
Bachrum Walidin bersama rekannya kemudian memarkirkan PMTOH dan kembali ke Gedung Sarinah menikmati sajian pertunjukan seni dan suguhan kopi.
Bachrum Walidin diperkenalkan kepada hadirin sebagai sopir bus legendaris PMTOH yang mengantarkan para seniman. "Saya senang bisa hadir di sini, minum kopi dan menyaksikan acara seni," katanya sambil senyum. Ia santai sekali.(*)
Baca: Misteri Pedalaman Papua Buat Anak Miliader AS Penasaran, Petualangannya Justru Berakhir Tragis
Baca: Prediksi 2019 Jadi Tahun Terpanas Benar Adanya, Musim Hujan di Indonesia Bakal Datang Terlambat
Baca: VIRAL Kakek 83 Tahun Nikahi Gadis 27 Tahun, Begini Cerita Pertemuan Pertama Keduanya
Baca: Napi yang Dua Kali Ditembak Karena Hunus Pedang saat Ditangkap, Jadi Tersangka Lagi
Baca: Nuraini, Kepala Sekolah di Aceh yang Diprofilkan dalam Buku Wanita Inspiratif Indonesia
Baca: H Uma Pastikan Jenazah Pemuda Lhokseumawe yang Meninggal Tenggelam Malaysia, Dipulangkan Siang Ini