Investasi
Ragukan Pengembang PLTA Lae Souraya, Ketua KNPI: Jangan Jadi Proyek Cilet-cilet
Dari pertemuan itu pihaknya mendapat info dari ahli yang kompeten dan independen tentang dampak lingkungan ketika PLTA ini dibangun yang dijabarkan s
Penulis: Khalidin | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Subulussalam menyorot Rencana Pembangunan PLTA Lae Souraya di Desa Pasir Belo, Kecamatan Sultan Daulat.
"Kita sorot karena meragukan pihak pengembangnya serius atau sekadar mengurus izin lalu tak ada tindaklanjut," kata Ketua KNPI Kota Subulussalam, Edy Saputra kepada Serambinews.com, Minggu (25/8/2019)
Edy yang juga ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Kota Subulussalam mengaku turut menjadi peserta rapat kajian PLTA Lae Souraya di Gedung LPSE Kota Subulussalam, Sabtu (24/8/2019) kemarin.
Dari pertemuan itu pihaknya mendapat info dari ahli yang kompeten dan independen tentang dampak lingkungan ketika PLTA ini dibangun yang dijabarkan secara visual contoh seperti yang diisukan surutnya air Lae souraya ketika bendungan dibangun.
Baca: Muara Kualaraja Dangkal, Boat Nelayan Nelayan Sulit Melaut
Baca: Lintasan Blangkejeren Kutacane Tertimbun Longsor, Arus Transportasi Sempat Lumpuh Total
Baca: Prajurit TNI Meninggal Jelang Nikah, Kisah Cinta Diar dan Lettu Angga Terjalin Selama 7 Tahun
Edy menyebutkan terkait perkembangbiakan ikan akan terganggu dan terancam keanekaragaman jenis ikan akan punah karena ikan berkembang biaknya di hulu sungai.
"Tentu hal ini harus dijelaskan utuh oleh ahlinya agar bisa dimengerti publik serta bagaimana solusinya," ujar Edy
Masalahnya menurut Edy ada pada perwakilan pengembang yang hadir dinilai bukan orang yang kuat pengaruhnya.
Bahkan Edy khawatir jika pihak yang hadir sekadar 'agen' untuk mengurus izin lalu mendapat keuntungan.
"Terus terang kita juga melihat dan memandang perwakilan pengembang bukan orang yang kuat pengaruhny," ujar Edy
Asumsi ini semakin menguat ketika penjabaran perwakilan pengembang PLTA yang mrngatakan jika proyek tersebut dibangun maka keuntungan seperti PAD, tenaga Kerja lokal dan lain-lain pihak yang mewakili pengembang tidak bisa memberikan penjelasan detal komitmen apa diberikan pihak investor.
Malah, kata Edy mengutip kalimat yang terucap pihak pengembang "Nanti sama-sama kita lobi dan kawal".
Ini artinya kata Edy belum ada komitmen baku dan serius dari pengembang.
Seharusnya, lanjut Edy hari ini warga Subulussalam dapat diyakinkan dengan kajian yang logis, sehingga bisa melihat bahwa pembangunan PLTA ini lebih banyak manfaat dari pada petakanya.
"Tapi melihat fakta yang terjadi saat rapat kemarin maka jangan salahkan kami jika masih ragu akan pengembang ini. Kami bukan anti investor, tetapi kami sudah jera dengan investor bodong yang ada yaitu ketika kami welcome rekomendasi daerah keluar proses izin tuntas lalu lahan dibuka dan diolah namun terbengkalai," tegas Edy