Berita Aceh Utara
Mahyeddin, Keuchik di Aceh Utara Jago Olah Jengkol Jadi Kerupuk dan Insektisida, Begini Prosesnya
Khusus kerupuk, karena belum mengurus izin dan sertifikat halal, maka hanya bisa dipasarkan di warung-warung sekitar desa gampong dipimpinnya saja.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
"Setelah selesai dirajang, maka langsung digoreng dan siap untuk dicicipi," paparnya.
Uji coba kala itu pun berhasil, sehingga kerupuk jengkol itu hanya untuk dinikmati sendiri bersama keluarga.
Selanjutnya pada Maret 2019, dia kembali mengolah kerupuk jengkol dan sempat diposting di media sosial.
Kemudian awal Agustus 2019, dia pun diberi kesempatan memamerkan produksi kerupuk jengkol pada pameran UMKM yang digelar Kodim 0103 Aceh Utara di Lapangan Sudirman Lhokseumawe.
"Setelah ikut pameran tersebut, kerupuk jengkol saya pun mulai dikenal hingga Lhokseumawe. Makanya sekarang ini ada beberapa teman di Lhokseumawe yang mulai pesan," ujarnya.
Baca: Genset Bantuan Diduga Digelapkan, Warga Serahkan Dokumen ke Jaksa
Baca: Kisah Pencari Pucuk Nipah, Bergantung Hidup dari Sarang Buaya
Baca: Mahasiswa S2 ITB Tewas Bunuh Diri di Kamar Kos, Ini Ini Pesan Terakhir yang Ditinggalkan

Sedangkan proses pembuatan insektisida dari bahan jengkol, lanjut Mahyeddin, dimulai pada pertengahan Agustus 2019.
Kala itu ada mahasiswa dari Unimal KKN di desanya.
Saat datang ke rumahnya, seorang mahasiswa jurusan Agro Teknologi melihat banyaknya limbah kulit jengkol di rumahnya yang merupakan ampas dari pembuatan kerupuk.
Oleh karena itu, mahasiswa tersebut terinspirasi untuk mengolah menjadi insektisida.
Maka dia pun mencoba dengan cara kulit jengkol dihaluskan dan diendapkan dalam kondisi becek selama seminggu.
Setelah itu diperas, sehingga air perasannya itu bisa digunakan sebagai insektisida.
"Alhamdulillah atas ilmu dari mahasiswa tersebut, sekarang ini saya sudah bisa mengolah sendiri dan ampas jengkol untuk proses pembuatan kerupuk pun tidak terbuang percuma lagi," demikian Mahyeddin. (*)