15 Tahun Ishak Daud Meninggal
Detik-detik Terakhir Panglima GAM Ishak Daud Tertembak, Istrinya Ikut Syahid dalam Kondisi Hamil
Di tengah pertempuran hebat itu, seorang pengawal Ishak Daud terkena tembakan. Ishak Daud mencoba untuk mendekatnya.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
Ishak Daud meninggal dengan luka tembak di kepala dan dadanya.
Juga Cut Rostina, istri tercinta almarhum.
Drama pertempuran itu mengakhiri perjuangan Sang Panglima.
* * *
Seluruh gerilyawan GAM berduka. Empat hari kemudian GAM secara resmi mengumumkan syahidnya Ishak Daud.
Ishak Dauh dikenal sebagai Panglima GAM yang amat dihormati, dan disegani.
Setelah peristiwa itu, 14 prajurit TNI mendapat kenaikan pangkat luar biasa sebanyak satu tingkat.
Mereka berasal dari pasukan Yonif Raider 500 sebanyak 12 orang dan dua anggota Kopassus.
Di mata Nani Afrida, mantan jurnalis Tabloid Kontras (anak usaha Serambi Indonesia yang sudah tidak terbit lagi) sosok Ishak Daud adalah Panglima GAM yang tegas, berani, tapi ramah.
Pada Mei 2004, Nani Afrida bersama sejumlah jurnalis lainnya berhasil masuk ke markas GAM wilayah Pereulak Aceh Timur.
Ia sempat bertemu dengan Ishak Daud yang berencana akan membebaskan Fery Santoro, juru kamera RCTI yang sempat ditawan di markas GAM.
Saat itulah Nani terakhir kali bertemu dan berkomunikasi dengan Ishak Daud sebelum ia meninggal dalam pertempuran.
"Tidak ada pernah terbersit dalam pikiran saya bahwa itu adalah pertemuan terakhir saya dengannya. Bulan September 2004 atau 4 bulan setelah pertemuan saya terakhir, saya mendapat info kalau Teungku Ishak sudah tertembak dan meninggal bersama Istrinya Cut Rostina. Saya sempat tertegun dengan informasi itu. Karena ingatan saya pada beliau begitu kuat. Saya tidak menyangka Ishak Daud akan pergi secepat itu padahal beberapa bulan ke depan Aceh akan berdamai…" tulis Nani Afrida dalam catatan pribadi berjudul "Panglima Ishak Daud di Mata Saya".
Testimoni berseri itu dimuat di blog pribadinya "Catatan Kecil" pada 2013.
Sempat menjadi reporter untuk The Jakarta Post beberapa tahun, Nani Afrida, salah satu jurnalis perempuan Aceh, kini memilih berkarier di Kantor Berita Turki sebagai Chief Correspondent Anadolu Agency.