Jurnalisme Warga

Sensasi Mengajar sebagai Guru Muda

Ketika mendengar kata “guru”, pasti yang terbanyak dalam pikirin kita adalah seorang pengajar, baik itu mengajar di sekolah atau pun mengajar

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Sensasi Mengajar sebagai Guru Muda
IST
MUZIRUL QADHI, Mahasiswa STKIP BBG Banda Aceh dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) melaporkan dari Banda Aceh

Tak jarang pula saya menemukan siswa yang bandel. Pokoknya berbagai macam tipelah ada di sekolah ini. Mulai dari siswa yang susah diatur, siswa yang malas menulis, siswa yang caper, siswa yang kerjaannya ke luar masuk kelas saja, bahkan ada siswa yang suka “gangguin” gurunya. Untungnya saya guru laki-laki. Kalau perempuan, mungkin sudah digoda habis oleh siswa. Hal itu memang sudah lumrah kita temukan di lapangan, apalagi di zaman modern ini. Zaman saat hampir semua orang memiliki smartphone, tak terkecuali siswa. Bahkan ada siswa ketika guru sedang mengajar  tanpa sungkan ia bermain PUBG atau game online lainya.

Sebaliknya, ketika yang diajarkan mata pelajaran bidang kejuruannya, mereka tampak tekun dan begitu serius. Hal ini bisa kita buktikan dengan berbagai torehan prestasi yang didapat oleh SMK N 1 Mesjid Raya. Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Sekolah Nomor 956/BAN-SM/Aceh/SK/2018 SMK N 1 Mesjid Raya ini dinyatakan menjadi sekolah unggul dengan akreditasi A. Juga mendapatkan mandat sebagai sekolah rujukan dari Dinas Pendidikan Aceh.

Namun, meskipun demikian, hal-hal buruk seperti anak bermain game online di kelas, kemudian tingkah lakunya yang tak baik, sebagai guru muda kita harus menegur bahwasanya tindakan tersebut tidak terpuji. Tetap ada cara untuk menjalin keharmonisan guru dengan siswa, mulai dari cara berkomunikasi yang baik, juga kerap sekali saya lakukan interaksi dari hati ke hati dengan siswa untuk menyelami kendala belajar yang ia alami.

Sebenarnya sekolah yang didirikan pada tahun 1992 ini awalnya bernama SMIK. Di sini terdapat empat program keahlian/jurusan seni rupa dan kerajinan, yakni jurusan kriya kayu, kriya logam, kriya tekstil, dan kriya keramik. Pascatsunami Aceh tahun 2004, jumlah siswa di sekolah ini menurun drastis hingga akhirnya jurusan kriya keramik ditutup.

Lalu pada tahun 2007 dibuka program keahlian baru, yaitu multimedia. Melihat meningkatnya kembali minat calon siswa untuk sekolah di SMK N 1 Mesjid Raya ini pihak sekolah pun kembali membuka program baru, yaitu teknik kendaraan ringan (TKR) pada tahun 2013 sehingga saat ini SMK N 1 Mesjid Raya memiliki tiga program keahlian dengan lima paket keahlian, di antaranya desain produk kriya (DPK) yakni DPK kayu, DPK kriya, dan DPK tekstil. Kemudian, dua lagi adalah program keahlian teknologi informasi dengan paket multimedia dan program keahlian teknik otomatif dengan paket keahlian teknik kendaraan ringan (TKR). Selain itu juga telah dibuka paket keahlian tata busana butik.

Dari berbagai macam jurusan program keahlian, kriya tekstil mendominasi dalam hal prestasi, baik untuk tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional. Bahkan tahun lalu SMK N 1 Mesjid Raya meraih juara II terbaik Tekstil dan Kriya Tekstil Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional di Surakarta. Untuk tingkat kabupaten dalam even O2SN ataupun LKS SMK N 1 Mesjid Raya salah satu sekolah langganan yang paling sering membawa pulang piala, medali, dan banyak lagi prestasi lain yang telah dicapai sekolah yang luasnya 4,5 hektare ini.

Nah, itulah sepenggal cerita dan sensasi menjadi seorang guru muda di SMK N 1 Mesjid Raya. Jangan pernah takut menjadi seorang guru, karena guru adalah sumber ilmu dan sosok yang dengan tulus membesarkan orang-orang hebat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved