Kisah Warga Indonesia jadi Sopir Bus di Australia, Gajinya Rp 764 juta per Tahun

Sepasang suami istri asal Indonesia, Edwin Kusuma dan Rita Gunawan adalah sopir bus untuk perusahaan transportasi di Sydney

Editor: Amirullah
ABC News Australia
Rita dan Charles menceritakan kisahnya menjadi sopir bus 

Saat ini, Charles telah memegang 30 rute perjalanan dengan 20 rute antar jemput sekolah.

"Kalau koki pulang harus memikirkan apa yang harus dipersiapkan besok. Kalau jadi sopir bus tidak. Selesai kerja tidak ada lagi yang dipikirkan."

Dalam penjelasannya, Charles tidak menyesal pendapatan yang ia peroleh yang bisa mencapai $AUD 100.000 atau sekitar 955 juta rupiah per tahun sebagai sopir bus.

Ia pun tidak menyesalkan pendapatan yang bisa mencapai $AUD 100,000 (Rp 955 juta rupiah) per tahunnya sebagai sopir bus.

Charles berujar besarnya angka pendapatan yang ia peroleh pada umumnya adalah untuk sopir bus yang suka mengambil waktu lembur.

"Gaji per jam (rate) [menjadi sopir bus] lebih bagus dibandingkan kerja di dapur. Kalau ditawari bekerja melebihi waktu, rate nya jadi dua kali lipat." ujar Charles.

Baca: Wiranto Sebut Kebakaran Hutan dan Lahan Tak Parah, Tapi Citra Satelit NASA Menunjukkan Hal Lain

Baca: Rumahnya Berada di Area Apartemen Mewah, Tolak Pindah Meski Diganti 1 Unit Apartemen & Uang Rp 3 M

Tantangan di jalan

Pendapatan sebesar $AUD 80 ribu (Rp 764 juta) per tahun yang Rita dapatkan ini menurutnya memberi tantangan tersendiri.

Ibu dua anak ini menjelaskan bahwa tantangan tersebut muncul pada masa awal saat ia bekerja.

Menurutnya, ia harus menyesuaikan diri dengan teknik mengemudi bus yang merupakan kendaraan besar.

"Menjadi sopir bus paling susah adalah saat awal di mana harus punya mental yang besar membawa kendaraan berat," kata perempuan 39 tahun itu.

"Dan melatih kemampuan kami memutar di roundabout, belok di sudut yang sempit, parkir mundur dan mengendalikan rem supaya bisa berhenti tepat waktu tanpa membuat penumpang terjatuh."

Tak hanya itu, tantangan lain bagi Rita juga termasuk diharuskan untuk mempelajari rute bus yang cukup banyak.

Hal itu harus ia pelajari karena adanya larangan menggunakan telepon genggam untuk mengakses layanan GPS saat mengemudi.

"Kami biasanya menggunakan catatan sendiri supaya tidak salah mengambil jalur." kata Rita.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved