Kisah Warga Indonesia jadi Sopir Bus di Australia, Gajinya Rp 764 juta per Tahun
Sepasang suami istri asal Indonesia, Edwin Kusuma dan Rita Gunawan adalah sopir bus untuk perusahaan transportasi di Sydney
Profesi supir bus telah ia tekuni selama satu tahun.
Sedangkan saat melihat suaminya yang tiga tahun menjadi supir bus, diakui oleh Rita, ia tidak mempunyai rencana untuk mencari pekerjaan lain lagi.
"Kami saat ini tidak berpikir untuk pindah kerja setelah cukup lama bekerja di kantor saat di Indonesia," kata Rita.
Rita yang merupakan lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Surabaya tahun 2002 itu mengatakan bahwa pekerjaannya menyenangkan,
"Hal-hal yang membuat kami berpikir pekerjaan ini menyenangkan adalah [karena pekerjaan ini] santai. Pulang kerja tidak memikirkan tugas kantor yang menumpuk dan kalau bekerja lembur digaji." jelas Rita.

Charles Gultom yang dahulunya adalah seorang koki di hotel berbintang mengaku memilih sopir bus sebagai pekerjaannya karena tidak ada tekanan dalam pekerjaan. (ABC News Australia)
Baca: Rumahnya Terkepung Apartemen Mewah, Lies Tak Kebagian Air Bersih Hingga Disuruh Bayar Karcis
Baca: 43 Anggota DPRK Aceh Utara Ikuti Masa Orientasi di Banda Aceh
Baca: VIRAL Foto dan Video Panas Wanita Diduga PNS, Iwan Fals: Ada yang Punya Linknya?
Kisah Charles Gultom: Koki jadi sopir bus
Senada dengan Rita, Charles Gultom, seorang warga negara Indonesia di Australia juga memiliki pandangan yang sama.
Charles bekerja di Melbourne dalam perusahaan transportasi bernama CDC Victoria juga sebagai sopir bus.
Pekerjaan sebagai koki di restoran yang berbeda telah ia lakukan selama delapan tahun.
Sebelum melamar sebagai supir bus, pada tahun 2017, Charles bekerja sebagai koki di hotel bintang lima di Melbourne
"Saya pindah kerja karena ingin mengurangi tekanan. Kerja di dapur tekanannya tinggi. Saya ingin cari pekerjaan baru yang lebih rileks. Kerja jadi sopir bus ini rileks, santai dan tidak begitu banyak beban."
Charles mengaku kendati ia diharuskan menjalani adaptasi selama dua bulan sebagai supir bus, ia tidak menyesal meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai koki.
Charles bersama istrinya pindah ke Selandia Baru pada tahun 2000 dan memutuskan untuk menetap di Australia.
"Pertama saja ketika masa pelatihan kita harus hafal jalan selama dua bulan tapi setelah itu tidak ada yang dipikirkan lagi saat bekerja," kata Charles yang kini sudah memegang 30 rute perjalanan dan 20 rute antar jemput sekolah itu.