Kabut Asap
Data Air Visual Tercatat 168, Kategori Udara di Kota Subulussalam tidak Sehat
Kota Subulussalam hingga kini masih diselimuti kabut asap yang pekat dampak kebakaran lahan di Riau dan Jambi.
Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Kota Subulussalam hingga kini masih diselimuti kabut asap yang pekat dampak kebakaran lahan di Riau dan Jambi.
Bahkan, Data Air Visual menunjukkan, kualitas udara di Kota Subulussalam, Selasa (24/9/2019) tidak sehat.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kota Subulussalam dr Muhammad Armansyah didampingi dr Sarifin Usman Kombih, kepada Serambinews.com mengatakan kualitas udara Kota Subulussalam yang tidak sehat ini dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti batuk, sesak dan tenggorokan kering.
Terhadap hal ini, IDI Kota Subulussalam sejak kemarin telah menyebarkan masker kepada masyarakat sekitar.
Lebih jauh, Armansyah dan Sarifin menjelaskan jikan kualitas udara yang sehat berada di bawah 50.
Sementara di Kota Subulussalam hingga pukul 09.30 WIB tadi, berdasarkan Air Quality Index (AQI), kualitas udara tercatat di angka 168 kategori unhealthy dengan parameter PM2,5 pollution, 89.3 µg/m³.
Sejumlah warga kepada Serambinews.com mengakui kondisi udara Subulussalam sangat parah. Bahkan, kondisi terparah terjadi pada Senin (23/9/2019) malam tadi.
Warga mengaku saking parahnya asap yang menutupi jagad Kota Subulussalam mata terasa sangat perih dan sakit di tenggorokan atau kering. Tak sedikit pula warga terbatuk-batuk saat menghirup udara.
”Ke rumah pun tidak nyaman karena kalau pintu terbuka asapnya juga terasa kali,” kata Herlina.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kabut asap kiriman dari Provinsi Jambi dan Riau yang menyelimuti Kota Subulussalam selama beberapa hari terahir ini semakin parah.
Ketebalan asap tersebut semakin pekat bahkan membuat mata perih.
Baca: Masih Diselimuti Asap, Polres Aceh Timur Imbau Warga Waspada dalam Berkendaraan
Baca: Mahasiswa di Aceh Barat Galang Dana untuk Korban Asap Kalimatan
Baca: Karo Humas Sebut Imbauan Libur Sekolah dari Plt Gubernur Akibat Dampak Karhutla Hoaks
”Makin parah saja asapnya, matahari pun tidak kelihatan, jarak pandang makin pendek,” kata Herman, kepada Serambinews.com Senin (23/9/2019).
Herman mengatakan, kabut asap di Kota Subulussalam sudah menyelimuti Kota Subulussalam dan sekitarnya sejak Rabu pekan lalu meski tidak terlalu parah.
Kemudian, kabut hilang menyusul hujan deras mengguyur Subulussalam. Lalu, Minggu (22/9/2019) lalu kabut asap kembali menyelimuti Kota Sada Kata itu dan cukup pekat.
Kondisi kabut semakin parah selama dua hari terakhir ini.
Bahkan, lanjut Herman, kondisi malam hari lebih parah karena membuat pengendara kesulitan lantaran jarak pandang tinggal 50-100 meter.
Selain Subulussalam, kondisi alam berkabut akibat asap kiriman dari sumatera.
Kabut asap yang cukup tebal melanda Kota Subulussalam hingga membuat mata perih dan pernapasan terganggu.
Terhadap kondisi ini, Dinas Kesehatan Kota Subulussala menggelar aksi bagi-bagi masker kepada para pengendara di sana. Aksi pembagian masker juga dilakukan di sekolah-sekolah.
Aksi bagi-bagi masker langsung dipimpin Kadinkes Subulussalam, Masyhuri, SKM. Sejumlah sekolah langsung disambangi seperti SDN 6 Subulussalam.
Di sana, Masyhuri bersama para pegawai Dinkes Subulussalam memasangkan msker kepada para murid dan membagi untuk para dewan guru.
Kepada wartawan Masyhuri mengatakan kegiatan bagi masker ini untuk mengantisipasi dampak kabut asap yang mulai berdampak ke Kota SUbulussalam.
Menurut Masyhuri kabut asap ini dapat menimbulkan gejala infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) menyebabkan seseorang pilek dan batuk-batuk.
Kabut asap Karhutla juga bisa menimbulkan gejala lainnya seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit jantung dan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung.
Untuk itu, Dinkes berupaya memberikan sosialisasi kepada warga dengan membagikan masker. (*)