Tiyong, Darwati, dan Falevi Sumringah
Tiga politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA), Samsul Bahri alias Tiyong, M Rizal Falevi Kirani, dan Darwati A Gani, memperlihatkan
* Salam Komando Saat Dilantik Jadi Anggota DPRA
BANDA ACEH - Tiga politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA), Samsul Bahri alias Tiyong, M Rizal Falevi Kirani, dan Darwati A Gani, memperlihatkan kedewasaan berpolitik meski dalam beberapa waktu terakhir mereka beda kubu di partainya akibat konflik internal. Salam komando yang mereka lakukan di sela-sela dan seusai dilantik dan diambil sumpah bersama 79 orang lainnya sebagai anggota DPRA Periode 2019-2024 di Ruang Paripurna Gedung DPRA, Senin (30/9/2019) pagi, menjadi bukti bahwa ketiganya tetap merupakan sahabat satu partai. Menariknya lagi, mereka tampak sumringah dan tertawa lepas saat melakukan salam yang menjadi ciri khas di kalangan TNI/Polri ini.
Seperti diketahui, selama ini Darwati berada di kubu Ketua Umum PNA hasil Kongres 2017, Irwandi Yusuf, sedangkan Tiyong dan Falevi bergabung bersama kubu hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Bireuen, 14 September 2019, yang menetapkan Tiyong sebagai Ketua Umum. Salam komando trio PNA itu menjadi menarik karena dalam beberapa hari belakangan, kisruh partai tersebut terus memanas. Bahkan, dua hari menjelang pelantikan anggota DPRA, Irwandi Yusuf mengeluarkan surat pemecatan terhadap Tiyong dan Falevi dari anggota partai.
Irwandi juga mengirim surat ke Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dan DPRA yang meminta agar Tiyong dan Falevi tidak dilantik. Tapi, keinginan Irwandi tidak langsung diamini KIP, karena memreka harus meneliti surat pemecatan itu terlebih dulu. Singkat cerita, Tiyong dan Falevi tetap bisa dilantik kemarin.
Meskipun sedang berkonflik, Darwati sama sekali tidak menunjukkan aura permusuhan kepada Tiyong dan Falevi. Begitu juga sebaliknya. Amatan Serambi, Darwati bahkan menyalami Falevi saat keduanya bertemu di barisan anggota dewan yang dilantik. Jabatan Darwati langsung disambut hangat oleh Falevi sambil tersenyum sumringah.
Seketika keduanya langsung melakukan salam komando dan memperlihatkan keakraban tersebut kepada wartawan. Dari kejauhan, Falevi dan Darwati juga terlibat berbincang singkat tanpa diketahui isi pembicaraannya. Berselang beberapa menit, giliran Tiyong bergabung dalam barisan. Seketika, suara gemuruh tepuk tangan dari tamu undangan membahana dalam ruangan acara saat ketiga politikus PNA itu berkumpul. Sebab, mereka merupakan ikon dari masing-masing kubu.
Setelah prosesi pengukuhan selesai, ketiganya kembali memperlihatkan suasana damai dengan melakukan salam komando sambil tersenyum lebar. Tiga tangan berkumpul dalam satu genggaman. "Ayo foto dulu, foto," kata Falevi dan langsung diabadikan oleh para fotografer. Darwati yang dibalut kebaya putih kombinasi oranye berdiri di tengah diapit oleh Tiyong dan Falevi. Tiyong dan Falevi juga tampak gagah dengan pakaian khas Aceh serta mengenakan peci. Aksi salam komando tiga kader PNA ini mengisyaratkan seperti tidak ada kisruh apa pun di internal partai tersebut
Ketika ditanya maksud dari salam komando itu, Tiyong, Darwati, dan Falevi kompak menjawab sambil tersenyum. "Kami kan tetap sahabat satu partai," ujar Tiyong. "Ya kami kan sahabat," sambung Darwati. Sedangkan Falevi hanya tersenyum sambil melambaikan tangan.
Seusai pelantikan, Falevi menyatakan, sebenarnya konflik yang terjadi ditubuh PNA hanya dinamika dalam politik. Secara prinsip, katanya, Iwandi tetap mentor politiknya. "Irwandi itu mentor saya. Darwati itu, kakak saya. Persahabatan kami tanpa syarat, sudah sejak lama bahkan saat dalam penjara Keudah. Secara personal kami semuanya tidak dalam masalah," ungkap Falevi.
Hanya soal partai, sambung mantan aktivis itu, pihaknya berbeda cara pandang saja. Menurut Falevi, perbedaan cara pandang itu diperlukan, karena mengelola partai politik berbeda dengan mengelola politik gerakan. "Ini era keterbukaan, semuanya harus tampil elegan, tak boleh otoriter. Kita harus satu energi membangun rakyat Aceh," ungkap Falevi.
Kenakan pakaian adat
Pengambilan sumpah anggota DPRA baru, kemarin, dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi Banda Aceh, H Djumali SH. Sedangkan pengukuhan dilakukan oleh Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar. Pelantikan itu disaksikan Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, utusan Mendagri, anggota KPU RI, Ilham Saputra, dan anggota KIP Aceh serta Panwaslih Aceh, unsur Forkopimda Aceh, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Pelantikan anggota DPRA untuk lima tahun ke depan itu berlangsung lancar. Saat mengikuti acara, anggota dewan yang terpilih pada Pemilu, 17 April lalu, itu tampak menggenakan pakaian adat Aceh. Dari total yang dilantik, 23 orang merupakan petahana. Selebihnya merupakan pendatang baru. Pelantikan itu berlangsung dalam rapat istimewa yang dipimpin Ketua DPRA, M Sulaiman.
Setelah pelantikan, dalam acara yang sama juga ditetapkan Ketua dan Wakil Ketua sementara DPRA yaitu Dahlan Jamaluddin dari Partai Aceh dan Dalimi dari Partai Demokrat. Keduanya berasal dari daerah pemilihan (Pidie-Pidie Jaya). Mereka akan menjabat sampai dilantik unsur pimpinan DPRA definitif yang terdiri atas satu orang ketua dan tiga wakil ketua yang berasal dari partai politik peraih suara dan kursi terbanyak pada Pemilu 2019.
Untuk diketahui, hasil perhitungan perolehan suara ada empat partai peraih suara tertinggi yaitu Partai Aceh dengan 18 kursi yang otomatis mendapat posisi Ketua DPRA, Demokrat 10 kursi, Golkar 9 kursi, dan Gerindra 8 kursi.