Berita Aceh Malaysia

Gadis Aceh, Waspada Bujuk Rayu Agen dengan Iming-iming Gaji Besar di Malaysia

Namun setelah sampai di Malaysia, kebanyakan yang pihaknya dapatkan, mereka belum mempunyai pekerjaan di negeri jiran tersebut.

Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Nurul Hayati
FOTO KIRIMAN JAFAR INSYA REUBEE
Bukhari bin Ibrahim (45) adalah salah seorang tokoh Aceh yang sejak hampir dua tahun lalu konsisten membantu warga Aceh yang mengalami kesulitan dan kemalangan di Malaysia 

Namun setelah sampai di Malaysia, kebanyakan yang pihaknya dapatkan, mereka belum mempunyai pekerjaan di negeri jiran tersebut. Para agen ini, ternyata menempatkan dulu para gadis ini di suatu tempat. Selanjutnya, para agen baru mencari majikan yang mau mempekerjakan gadis- gadis tersebut.

Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ulama kharismatik Aceh, Tgk H Mustafa Ahmad atau Abu Paloh Gadeng menyerukan, masyarakat Aceh supaya tidak mudah terpengaruh bujuk rayu agen TKI ilegal yang menjanjikan pekerjaan di Malaysia.

Sebab, menurut informasi yang diperolehnya, banyak kasus gadis Aceh dijual dan dipekerjakan pada tempat-tempat hiburan dan pelacuran di negeri jiran tersebut.

Selain itu, banyak juga kasus pemuda Aceh dipaksa menjadi agen atau penyelundup narkoba.

Demikian bunyi potongan Salam Serambi di Harian Serambi Indonesia edisi Selasa (8/10/2019) yang mengangkat tema "Gadis Aceh Dijual di Malaysia, Salah Siapa?".

Untuk membahasnya secara lebih mendalam, maka dihadirkan dua narasumber dalam talkshow bertajuk cakrawala yang disiarkan langsung Radio Serambi FM 90,2 MHz mulai pukul 10.00- 11.00 WIB.

Kedua narasumber tersebut adalah Tokoh Aceh di Malaysia, Bukhari bin Ibrahim yang dihubungi via telepon.

Baca: Telkomsel Hadirkan Paket OMG!  

Serta narasumber internal yaitu Editor Harian Serambi Indonesia sekaligus Manager Produksi Harian Prohaba, Nasir Nurdin yang dipandu host, Vheya Artega.

Pada kesempatan itu, Bukhari menyampaikan kesalahan awal, sehingga terjadinya kasus gadis Aceh dijual di Malaysia.

Menurutnya, hal itu sudah terjadi sejak di daerah.

Di mana para agen ilegal ini mencari 'mangsa' di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh.

Untuk dijanjikan pekerjaan di Malaysia dengan iming-iming gaji dengan jumlah yang besar.

"Apabila kita mendengar dari korban ketika awal pihak agen mengajak ke Malaysia untuk bekerja, mereka dikatakan akan bekerja di restoran dengan gaji per bulannya Rp 10 juta atau Rp 8 juta, sedangkan yang lainnya ditanggung," kata Bukhari.

Baca: Prabowo Disebut Sudah Siapkan Calon Menteri untuk Kabinet Jokowi, Ini Kosep yang Ditawarkan Gerindra

Namun setelah sampai di Malaysia, kebanyakan yang pihaknya dapatkan, mereka belum mempunyai pekerjaan di negeri jiran tersebut.

Para agen ini, ternyata menempatkan dulu para gadis ini di suatu tempat.

Selanjutnya, para agen baru mencari majikan yang mau mempekerjakan gadis- gadis tersebut.

"Bahkan antara agen dan orang yang mencari pekerja itu tidak saling kenal sebelumnya. Ada juga saya wawancarai korban, ia mengatakan dari rumah yang ia tempati sementara itu, dibawa naik kendaraan untuk berjumpa dengan orang yang akan mempekerjakannya itu di pinggir jalan," jelasnya.

Baca: Mahasiswa PGSD Universitas Almuslim Bina Desa Kuta Barat, Ini Yang Diajarkan Kepada Warga

Bukhari menambahkan, dari transaksi yang dilakukan di pinggir jalan itu, ia menilai hal itu akan mendatangkan berbagai persoalan.

Jika si gadis ini mendapatkan majikan yang bagus, maka baguslah ia.

Tapi kalau ia dapat majikan yang tidak bagus dan liar, maka ia akan ditempatkan pada pekerjaan yang tak menentu.

Misal ditempatkan di rumah urut, yang akhirnya mengarah ke tempat pelacuran.

"Ada juga yang dijanjikan akan ditempatkan pada rumah orang Islam, tapi majikan yang mengambilnya itu bukan Islam. Baru-baru ini saya dapatkan ada yang ditempatkan di rumah orang China, tidak boleh shalat dan hanya boleh dilakukan satu kali saja, dan disuruh mandikan anjing setiap pagi pakai tangan.Sementara tengah hari dan sore hari disuruh bersihkan tempat makan anjing," terang Bukhari.

Ia menambahkan, apa yang dijanjikan oleh agen-agen ilegal tersebut sangat jauh dari kenyataan.

"Saya mengimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia, khususnya warga Aceh kalau memang mau bekerja di Malaysia datanglah dengan cara mengikuti jalur. Atau mungkin ada keluarga di Malaysia, sehingga ada tempat yang dituju. Tapi kalau ikut orang-orang yang ajak, maka akan fatal akibatnya," imbuh Bukhari.

Baca: Penampilannya Makin Bahaya, Valentino Rossi: Yamaha Gila Jika tak Amankan Quartararo

Sedangkan Editor Harian Serambi Indonesia sekaligus Manager Produksi Harian Prohaba, Nasir Nurdin menyampaikan, ini merupakan persoalan serius yang harus dicarikan solusinya oleh pemerintah.

"Cobalah berpikir bagaimana untuk menyediakan lapangan kerja, sementara angka pencari kerja tiap tahunnya bertambah. Inilah yang harus kita sikapi," katanya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved