Virus Kolera Babi Landa 7 Kabupaten di Sumatera Utara, Apakah Membahayakan bagi Manusia?
Tercatat sudah sebanyak 1.985 ekor ternak babi di tujuh kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) terjangkit virus hog cholera atau kolera babi.
Sementara, sembilan lainnya masih dalam proses pemeriksaan lanjutan sebagai suspect virus African Swine Fever alias demam babi Afrika.
"Hingga saat ini, dokter hewan kita masih fokus mencegah penyebaran," ujar Posma saat konferensi pers di Sidikalang, Jumat (18/10/2019) lalu.
Posma mengungkap, hingga tanggal 17 Oktober 2019, tercatat ada sebanyak 1.004 ekor babi di Dairi mati dari jumlah keseluruhan 110.090 ekor (berdasarkan data Dinas Pertanian Dairi tahun 2018).
Tanggapan Anggota DPRD Medan yang Sekaligus Pengusaha BPK Tesalonika
Peternak babi sekaligus pengusaha BPK Tesalonika Hendri Duin Sembiring yang juga anggota
DPRD Kota Medan Fraksi PDIP mengatakan dengan adanya pemberitaan wabah kolera babi tersebut bukan hanya berdampak di kota Medan tapi juga hampir seluruh di daerah Sumut.
"Efeknya bukan hanya di Kota Medan. Hampir di daerah Sumut pasar lemah," ucap Hendri, Senin (28/10/2019).
Diakuinya, dalam satu bulan ini minat konsumen mengkonsumsi daging babi turun. Padahal, katanya, wabah kolera babi ini tidak membahayakan bagi manusia.
"Dengan adanya pemberitaan wabah kolera itu masyarakat ragu mengkonsumsi babi jadinya di pasar itu lemah. Bulan ini, omzet kami menurun 10 persen," ucap Hendri.
Meskipun begitu, ia tetap menyediakan stok BPK Tesalonika seperti hari-hari biasanya.
"Stok seperti biasa. Kami potong babi lalu dijual. Kami tidak pernah stok daging di kulkas, rasa pasti beda. Misalnya perlu daging 10 kg, kami potong babi kecil. (Sekarang) stok membludak, pembeli yang menurun," ungkapnya.
Ia mengatakan bahan baku BPK Tesalonika diperoleh dari peternakannya sendiri.
Ia mengaku babi kepunyaannya tidak terkena dampak wabah kolera babi sebab babinya sudah lebih dulu divaksinasi.
"Wabah kolera babi itu bisa terjadi karena babi tidak divaksin. Banyak peternak babi yang sepele tentang hal itu," tambahnya.
Hendri menghimbau agar konsumen tidak perlu takut mengkonsumsi babi. Bagi peternak babi yang babinya terkena wabah kolera, ia berpesan agar peternak babi itu melaksanakan tatanannya memelihara babi.
"Puncaknya bulan Desember nanti, kalau penyakit ini tidak diantisipasi. Jangan mundur. Sterilkan kandang, masukkan lagi bibit ternak babi baru, tetap bersabar. Jaga kandang supaya orang lain tidak masuk kandang itu. Babi juga harus divaksin," jelasnya.
Menurutnya, terdapat enam ribu peternak babi di Sumut.
Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia, Prof. Sauland Sinaga mengatakan virus hog cholera atau kolera babi tidak membahayakan manusia bila dikonsumsi.
"Wabah kolera itu memang siklus pancaroba hanya kelemahan peternak itu tidak paham, makanya babi harus melakukan program vaksinasi. Virus ini hanya menular pada babi, dan tidak menyerang manusia," kata Sauland.
Ia menjelaskan peternak babi sebaiknya melakukan sistem peternakan babi yang sesuai dengan prosedur contohnya vaksinasi terutama kolera ini, selain itu jangan sembarang orang masuk ke kandang babi, dan jangan memberikan sisa-sisa makanan babi sakit ke babi sehat.
"Berikan vaksinasi pada babi yang baru lahir satu bulan. Konsumen enggak perlu takut makan babi," katanya. (nat/cr16/tribun-medan.com/Kompas.com)
• Lhokseumawe Miliki Lokasi Rukyat Hilal yang Diakui Kemenang RI, Ini Lokasinya
• Tak akan Puji Pemerintahan Jokowi Meski Ada Prabowo, Haikal Hassan: Tetap Oposisi sampai Mati
• Nova Minta Lelang di Media Lokal, Pengadaan Barang dan Jasa Perusahaan Migas
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Fakta Ancaman Virus Demam Babi di 7 Kabupaten di Sumatera Utara, Apakah Aman untuk Dikonsumsi?