Berita Abdya

Nasib Pala di Abdya, Harga Stagnan Maksimal Rp 40 Ribu, Diserang Hama Hingga Diganti Tanaman Lain

Posisi tanaman perkebunan unggulan pun sudah diambil alih tanaman kelapa sawit, meskipun tingkat harga TBS sering mengalami fluktuasi atau naik turun.

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/ZAINUN YUSUF
Seorang agen pengepul di Desa Seunaloh, Blangpidie, Abdya, sedang menyortir biji pala basah, Minggu (3/11/2019). Harga pala mengalami stagnan selama satu terakhir pada kisaran Rp 16.000 sampai Rp 17.000 per kg untuk biji pala basah dan biji pala kering berkisar Rp 35.000 sampai Rp 40.000 per kg. 

Posisi tanaman perkebunan unggulan pun sudah diambil alih tanaman kelapa sawit, meskipun tingkat harga TBS sering mengalami fluktuasi atau naik turun.

Nasib Pala di Abdya, Harga Stagnan Maksimal Rp 40 Ribu, Diserang Hama Hingga Diganti Tanaman Lain

Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE - Pala merupakan tanaman perkebunan unggulan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Produksi pala menjadi sumber pendapatan andalan bagi sebagian petani sejak daerah Abdya menjadi wilayah pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan.

Pendapatan dari hasil perkebunan pala mampu menutupi  kebutuhan hidup petani sehari-hari, dan penghasilan dari pala bisa disisihkan untuk ditabung.

Tidak sedikit dari petani pala di Abdya dan Aceh Selatan  menggunakan pendapatan dari produksi pala sebagai biaya merenovasi dan membangun rumah, pendidikan anak-anak sampai perguruan tinggi. 

Bahkan ada yang mampu membiayai perjalanan ibadah haji.

“Itu dulu, ketika masa kejayaan harga pala, era tahun 80-an sampai akhir tahun 90-an,” kata Zulkairi,  seorang agen pengepul pala di Blangpidie kepada Serambinews.com, Senin (4/11/2019).

Sekarang ini, katanya, pendapatan dari pala tidak menjanjikan lagi.

Sudah 17 Tahun Waduk Alue Drien Tertimbun Sedimen, Begini Permintaan Camat Trienggadeng 

Banjir Subulussalam Rendam Lahan Pertanian dan Jalan, Camat Rundeng: Permukiman Masih Aman

Realisasi PAD Aceh Besar Mencapai Rp 65 Miliar, Ini Sumber-Sumber Pemasukannya

FOTO - FOTO : Pandai Besi di Desa Lamblang Manyang Berharap Pelatihan Khusus Membuat Besi Antikarat.

Posisi tanaman perkebunan unggulan pun sudah diambil alih tanaman kelapa sawit, meskipun tingkat harga TBS sering mengalami fluktuasi atau naik turun.

Zulkairi menjelaskan harga pala jatuh sangat terasa setelah bencana tsunami menerjang bumi Aceh tahun 2004.

“Setelah peristiwa tsunami harga pala terus menurun. Meskin ada kenaikan tak mampu bertahan,” katanya.

Bahkan, harga pala mengalami stagnan atau seperti berhenti selama kurun waktu satu tahun terakhir.

Kondisi ini menjadikan bisnis pala tidak lagi dilirik orang, beda pada masa kejayaan harga pala era tahun 90-an.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved