Jurnalisme Warga

Romantisme Selat Malaka

BERBICARA tentang Selat Malaka pastinya tidak asing lagi di telinga kita. Uraian historis tentang selat yang menjadi urat nadi perdagangan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Romantisme Selat Malaka
IST
HAKIM MUTTAQIM, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, melaporkan dari Bireuen

Keuchik energik yang lahir di Barat Lanyan tahun 1974 ini, menceritakan bahwa nama Selat Malaka itu merupakan mimpi masa lalunya yang terinspirasi dari historisitas jalur Selat Malaka. Hari ini sudah dia wujudkan dalam bentuk warkop yang berfungsi sebagai ruang integrasi, sebagai melting pot, tempat bertemunya beragam orang yang kemudian terkesan homogen.

“Kesederhanaan dan nilai-nilai islami selalu saya jaga dalam bisnis ini, tambahan untuk beramal dengan membantu ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat Peusangan Raya yang membuat saya selalu bahagia,” ujar lulusan D3 Keperawatan sebuah kampus di Banda Aceh ini.

Romantisme Selat Malaka yang menjadi kesan pengunjung di warung ini terbukti tanpa sengaja saya bertemu sahabat lama dari Banda Aceh yang saya hampir lupa wajahnya, tapi selalu ingat senyumnya. Maklum, 15 tahun kami tak bertemu, tanpa sengaja dipertemukan di Warkop Selat Malaka. Dayat, nama kawan saya itu, sang arsitek Masjid At-Taqarrub, masjid megah di Tringgadeng, Pidie Jaya yang diresmikan Presiden Jokowi, Desember tahun lalu di Banda Aceh.

Dayat baru pulang dari Medan menuju Banda Aceh bersama keluarga dan ingin singgah dan rehat sejak di warkop ini. Ia tertarik mampir ke warkop ini karena referensi dari adiknya yang telah menjadi pengunjung setia Warkop Selat Malaka saat pulang pergi Banda Aceh-Medan.

Obrolan hangat kami berdua melengkapi kenyamanan anggota keluarganya dalam menikmati berbagai sajian di Selat Malaka, begitu juga suasana yang ramah dan sederhana untuk keluarga, ditambah begitu lama kami tidak berjumpa, dan  bersenda gurau sambil menikmati lembutnya satai dan manisnya kopi setel. Romantisme yang dihadirkan Warkop Selat Malaka bagi kami mungkin juga dirasakan oleh pengunjung yang lain.

Warkop Selat Malaka merupakan romantisme bagi hampir seluruh driver dan traveler yang bepergian melintasi jalan Medan-Banda Aceh. Ada ruang rindu yang mendalam bagi yang sudah melangkah ke Warung Selat Malaka ini untuk berupaya mampir lagi.

Ketika melangkah ke dalam warung ini semua embel-embel jabatan hilang seketika bak ruang rakyat jelata yang penuh kesederhanaan. Bagi yang belum pernah berkunjung ke Warung Selat Malaka di Matangglumpang Dua, ada satu tulisan menarik yang penuh filosofi terpampang dalam warung ini, yakni: Belajarlah dari jam dinding. Penasaran dengan kata-katanya? Jangan lewatkan kesempatan berkunjung dan merasakan romantisme Selat Malaka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved