Peneliti Sebut Anak Indonesia dari Keluarga Miskin Sulit Terlepas dari Kemiskinan Saat Dewasa

Penelitian itu sendiri merupakan penelitian jangka panjang pada 22.000 orang dari 7.224 keluarga yang dilakukan tahun 1993, 2000, 20017 dan 2014.

Editor: Amirullah
IST
Negara kaya yang jatuh menjadi negara miskin 

Penelitian itu sendiri merupakan penelitian jangka panjang pada 22.000 orang dari 7.224 keluarga yang dilakukan tahun 1993, 2000, 20017 dan 2014.

Para peserta sendiri berasal dari 13 provinsi dan mewakili 83 persen populasi Indonesia.

Peneliti mendata para peserta yang berusia 8-17 pada tahun 2000 dan 2007.

Lalu para peserta ini akan dikotak lagi saat mereka telah dewasa.

Daftar Kesalahan Teknis yang Sering Terjadi saat Mendaftar CPNS, Berikut Solusinya

Sulawesi Utara dan Maluku Utara Diguncang Gempa: Berikut Doa Ketika Terjadi Gempa Bumi

Kebutuhan Batin Sulit Terpenuhi, Pengungsi Gempa Ambon Minta Dibangunkan Bilik Asmara

Awalnya ada tujuh hal yang dijadikan sebagai indikator atau penentu orang miskin.

Indikator ini didasarkan pada hal yang berpengaruh bagi mereka yang miskin dan tidak.

Tujuh indikator yang dicatat para peneliti yakni kemampuan kognitif dan matematika, lama bersekolah, kapasitas paru-paru, informasi tentang bagaimana mereka mendapat pekerjaan, dan kesehatan mental.

"Contoh, karena miskin, maka tidak sehat. Jadi, pada saat dewasa sakit-sakitan, dan akhirnya tidak bisa sukses di dunia kerja," kata salah satu penelitinya, Daniel Suryadarma kepada Kompas.com, Rabu (14/11/2019).

Saat penelitian itu dilakukan peneliti justru menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuh indikator yang bisa mengindikasikan anak akan tetap miskin setelah dewasa.

"Jadi, ada mediator lain yang tidak ada di data yang menjelaskan hubungan antara kemiskinan saat kecil dan pendapatan saat dewasa," ujar Daniel.

Daniel dan teman-teman penelitinya belum dapat memastikan apa yang membuat seseorang sulit terlepas dari jerat kemiskinan saat mereka dewasa.

Hal yang bisa dipastikan adalah anak-anak miskin ini punya selisih pendapat hingga 91 persen dibanding mereka yang kecilnya tidak pernah miskin.

Sebuah hal yang mengejutkan justru ditemukan.

Mereka yang palung terpuruk justru berasal dari kelompok kedua termiskin bukannya yang berada di paling bawah.

Aneh bukan? kenapa justru bukan yang termiskin?

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved