Satu Keluarga Disambar Petir di Sawah, Nurlela Meninggal di Tempat, Suami dan Dua Anaknya Selamat

Satu keluarga yang terdiri atas suami istri dan 2 anaknya disambar petir saat berada di pondok sawah milik mereka di Desa Siharbangan

Editor: Faisal Zamzami
HO Via Tribun Medan
Jasad Nurlela Boru Bangun saat disemayamkan di rumah duka Desa Aek Dakka, Kabupaten Tapteng, Selasa (19/11/2019) dan kedua anaknya saat mendapat perawatan pascadisambar petir pada Senin (18/11/2019) kemarin. 

Jadi, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, ataupun berlayar di atas kapal di lautan bisa menjadi tonjolan yang siap disambar petir.

"Karena sifatnya yang tidak sabaran, saat ada tonjolan, petir akan menyambar semuanya tanpa pilih-pilih. Jadi memang tidak mengherankan petir bisa menyambar banyak obyek sekaligus," ungkap Syarif yang aktif mendata aktivitas petir di Indonesia.

Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar. Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia 20 miliampere.

Sementara tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 ampere.

Bagi petir, membunuh manusia adalah perkara mudah.

Mengapa sambaran petir sangat fatal, padahal terjadi dalam waktu singkat?

Sambaran petir telah menjadi penyebab kematian pada 4.000 orang di dunia setiap tahun. Angka ini sudah dikurangi 90 persen dari korban yang selamat.

Padahal, sambaran petir terjadi begitu cepat dan jumlah listrik yang mengalir pada tubuh sangat kecil.

Mary Ann Cooper, seorang dokter gawat darurat yang telah pensiun dan peneliti petir, berkata kepada CNN 25 Mei 2017 bahwa mayoritas listrik dari sambaran petir mengalir di luar tubuh dalam efek flashover.

Listrik yang mengalir di luar tubuh ini bisa bereaksi dengan keringat atau tetesan air hujan pada kulit.

"Volume air memuai ketika diubah menjadi uap. Jadi jumlah kecil pun bisa menyebabkan ledakan uap. Reaksi ini benar-benar meledakkan baju Anda," ucapnya.

Cooper yang pernah menulis sebuah studi mengenai luka akibat sambaran petir sekitar empat dekade lalu berkata bahwa kehilangan kesadaran adalah efek yang paling sering ditemukan dalam laporan 66 dokter yang menjadi data penelitiannya.

Kemudian, sekitar satu pertiga korban juga mengalami kelumpuhan sementara pada lengan dan kaki mereka.

Sementara itu, efek yang lebih berbahaya adalah ketika aliran listrik menghentikan jantung.

Untungnya, Chris Andrews, seorang dokter dan peneliti petir di University of Queensland, Australia, berkata bahwa jantung memiliki alat pacu alami yang akan mereset dirinya sendiri.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved