Petir Sambar Subulussalam
Menanam Korban Sambaran Petir di Lumpur, Begini Keyakinan Masyarakat di Subulussalam
Menanam atau mengubur tubuh korban sambaran petir dalam tanah berlumpur merupakan kebiasaan turun temurun di masyarakat Kota Subulussalam.
Penulis: Khalidin | Editor: Safriadi Syahbuddin
Menanam atau mengubur tubuh korban sambaran petir dalam tanah berlumpur merupakan kebiasaan turun temurun di masyarakat Kota Subulussalam.
Seperti yang diakui Abdul Hamid, salah seorang tokoh masyarakat. Menurut Abdul Hamid sudah menjadi kebiasaan apabila ada orang yang terkena sambaran petir langsung ditanam dalam lumpur sebagai pertolongan pertama.
Hal ini lantaran pada jaman dulu belum tersedia pengobatan medis memadai seperti saat ini sehingga guna meredam suhu panas akibat setrum alam itu kroban ditanam.
Selain itu, ada pula semacam anggapan melekat menanam tubuh korban dalam lumpur untuk mencabut ‘bisa’ atau sakit yang disebabkan petir. Karenanya, setiap ada korban terkena sambaran petir selalu ditanam dalam lumpur sebelum dirawat secara medis.
Dikatakan, dengan ditanam dalam lumpur tubuh korban akan pulih segera karena diyakini tanah berlumpur menjadi penawar bagi sambaran petir. Namun proses pendinginan itu harus dengan tanah berlumpur dan tidak boleh menggunakan es.
Dikatakan Abdul Hamid, meskipun belum ada suatu anjuran medis menyangkut kebiasaan itu, namun selama ini masyarakat Subulussalam meyakini kalau tindakan menanam korban sambaran petir dalam lumpur cukup ampuh.
”Ini sudah lazim kalau orang kena petir ditanam dalam tanah berlumpur biar dingin. Karena kalau tidak korban kan kepanasan akibat setrum nanti nah makanya ditanam nanti kalau sudah kedinginan berarti mulai pulih,” tandas Abdul Hamid.
Terlepas benar atau tidak secara medis namun hingga kini kepercayaan masyarakat menanam korban petir dalam kubangan lumpur masih terjadi.
Seperti diberitakan, sebanyak empat warga di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam menjadi korban setrum petir yang terjadi, Jumat (22/11/2019) sore tadi.
Selain melukai warga, satu unit rumah di desa tersebut musnah terbakar setelah diambar petir yang terjadi di tengah hujan deras tersebut.
Pantauan Serambinews.com, satu unit rumah yang terbakar adalah milik Muhammad Sabaruddin (40) alias Rois. Rumah berukuran sekitar 5x5 meter ini rata dengan tanah setelah disambar petir.
Tidak ada harta benda apapun yang dapat diselamatkan kecuali pakaian di badan korban. Pemilik rumah pun selamat setelah dievakuasi tetangganya beberapa saat sebelum peristiwa tersebut.
”Cuma baju di badan lah yang bisa diselamatkan selain itu habis. Lantai rumah saja terkelupas dihantam petir,” ujar Muhammad Sabaruddin alias Rois kepada Serambinews.com.
Sementara empat warga yang tersetru masing-masing Murni, Isharmoko, Siti Yulinar dan Zahira. Satu diantara korban yakni Murni mengalami luka berat dengan kondisi tubuh mengelupas.
Dikabarkan, Murni mengalami luka di sebagian tubuhnya dan bagian kaki terkelupas akibat sengatan setrum alam. Bahkan, Murni sempat ditanam dalam lumpur guna menghilangkan setrum di tubuhnya. Setelah itu, Murni dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam.