Wali Murid Aniaya Guru

Kunjungi Guru Honorer yang Dianiaya, Kadisdikbud Subulussalam: Diprioritas Jadi Guru Kontrak 2020

Kisah penganiayaan guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SD) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam menjadi perhatian publik

Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
Kadisdikbud Kota Subulussalam, Sairun SAg 

Sebab, Rahmah tak lagi punya peluang menjadi PNS jika rekrutmen jalur umum lantaran usianya telah mencapai 35 tahun.

Dia hanya berharap manakala ada keajaiban yang dalam istilah honorer disebut ‘pemutihan’ dapat mencicipi dunia ASN.

Tapi semuanya hanya angan-angan yang tak bisa terlalu diharapkan.

”Yang penting tujuan utama saya mengabdi untuk daerah, karena memang latar belakang pendidikan saya guru,” kata Rahmah dalam perbincangan dengan Serambinews.com, Minggu (24/11/2019)

Meski tugas hampir sama bahkan mungkin di beberapa daerah malah lebih berat dengan yang berstatus PNS, guru honorer tidak pernah akan mendapat penghargaan dalam pengabdiannya puluhan tahun sekalipun.

Justru, tak jarang guru mendapatkan perlakukan tak pantas seperti yang dialami Rahmah.

Kapal Pesiar Seabourn Encore Sandar di Sabang  

Jangankan mendapat Satya Lencana dianugerahkan sebagaimana dalam dunia Pegawai Negeri Sipil, sebagai penghargaan yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta telah bekerja terus menerus sekurang-kurangnya 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun

Rahmah justru dianiaya oleh wali muridnya sendiri hingga jilbab yang dikenakan robek dan mengalami memar atau bagian tubuh memerah akibat ditampar dan dicubit.

Bukan hanya itu, perlakukan ‘persekusi’ juga kerap dialami oleh Rahmah dalam kurun dua bulan terakhir oleh wali murid yang sama.

Pertama, Rahmah didatangi sang wali murid 26 Oktober 2019, kemudian 14 November 2019 dan terakhir 20 November 2019 yang berakhir dengan penganiayaan.

Penganiayaan terjadi di saat para guru di negeri ini akan memperingati Hari Guru Nasional (HGN) yang berlangsung Senin (25/11/2019) besok.

Tubuh Rahmah yang kecil tak berdaya melawan ganasnya wali murid sang penganiaya dengan postur tubuh lebih besar.

Terdapat warna merah bagian lengan Rahmah akibat penganiayaan yang sempat diabadikan dengan kamera handphone.

“Saya tak tau bagian mana yang duluan dipukul, karena situasi sudah heboh, saya terus diserang ditampar dan dicubit, jilbab saya dijambak sampai koyak,” terang Rahmah

Penganiayaan dan penyerangan bukan hanya membuat Rahmah terluka dan shock tapi, putra pertamanya Prasetia Aulia Rahman yang masih duduk di kelas satu hingga sekarang masih trauma.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved