Opini
Pendidikan Ala Gojek
Dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan memang sempat menghentakkan dunia pendidikan tanah air
Oleh Syamsul Bahri, MA, Guru MAN 2 Banda Aceh, Peneliti di LSAMA Aceh
Dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan memang sempat menghentakkan dunia pendidikan tanah air, terutama kaum guru. Alasan kuat Jokowi menunjuknya dikarenakan perusahaan gojek mencapai kemajuan luar biasa. Transportasi berbasis teknologi ini telah mengubah wajah Indonesia. Why not, kemampuan Nadiem dimanfaatkan agar dapat mempengaruhi mutu pendidikan menjadi lebih baik. Lagian, kita terus-terusan dihadang oleh kemunduran pendidikan kita.
Selain itu Nadiem sebagai alumni Harvard University memang tidak dapat diremehkan. Hampir banyak pencipta teknologi dunia ini berasal dari kampus nomor satu tersebut. Jadi, Nadiem memang memiliki kemampuan yang telah diperhitungkan Presiden
Filosofi Gojek
Nadiem memberikan gambaran bagaimana pekerjaan guru yang sangat teknikal-administratif tetapi diharapkan dapat mengubah kualitas pendidikan. Nadiem menganggap itu sulit dicapai. Tetapi ia ingin mengubah cara agar guru tidak dipersibukkan dengan kertas-kertas yang cukup banyak. Bagi saya, ide mengurangi kerja administratif guru bukan usulan baru. Hanya saja belum dilaksanakan. Telah banyak para pakar pendidikan mempersoalkan hal ini.
Saya pernah menulis di media ini, misalnya anak didik tidak harus diberikan mata pelajaran yang banyak, dengan durasi belajar yang lama. Begitu juga anak-anak tidak harus diujiankan dengan materi sama untuk semua siswa (Quo Vadis Pendidikan Kita, 03/07-2019) https://aceh.tribunnews.com/2019/07/03/quo-vadis-pendidikan-kita. Di samping itu ujian nasional model sekarang perlu ditiadakan, karena tidak sesuai dengan "perikemanusiaan anak," yang punya potensi khusus, talenta hebat, manusia masa depan, namun seperti "dilecuti" oleh sistem pendidikan (baca: Memerdekakan Peserta Didik, 26/08-2019)https://aceh.tribunnews.com/2019/08/26/memerdekakan-peserta-didik Begitu juga kepakaran guru sertifikasi menjadi memudar dikarenakan beban teknikal-administratif itu (Ekspektasi Pendidikan Kita, 25/07-2019) https://aceh.tribunnews.com/2019/07/25/ekspektasi-pendidikan-kita Akan tetapi filosofi gojek menarik untuk dicermati.
Platform Gojek, yang awal mula khusus pada transportasi (GoRide), kini merambah Gofood, GoPay, GoSend, GoMassage, GoShop, GoFitness, dan go-go yang lain yang cukup banyak. Ketika dikaitkan dengan pendidikan, maka akan lahir misalnya GoEd (Go-Education), GoSchool, GoEx (Go-Examination), GoGrad (Go- Graduation), dan lain-lain. Saya yakin, Menteri baru ini akan membuat berbagai perubahan pendidikan, yang berbasiskan kecanggihan teknologi.
Saya membayangkan bagaimana pendidikan dikelola komputer. Dibuatlah satu aplikasi pintar yang menjangkau setiap kreativitas siswa. Sejak masuk PAUD, siswa dideteksi kemampuan berdasarkan finger print dan darah. Analisa sidik jari dipadukan dengan keadaan darah (terserah mau disebut apa) kemudian dipetakan kemampuan personal, bakat, dan talenta. Di situ akan terdeteksi kemampuan seorang anak. Kemampuan ini kemudian dibina terus menerus (gen cerdas).
Ketika sudah masuk sekolah tingkat menengah, dipintu masuk kelas disediakan satu komputer. Siswa memilih materi pelajaran sesuai keinginannya-berdasarkan kemampuan yang telah dilatih sejak sekolah dasar. Misalnya hari ini ia belajar ilmu tafsir. Dia cukup meng-klik tafsir, lalu memilih (menu) tombol misalnya asbabun nuzul (salah satu materi dalam ilmu tafsir). Dia ingin matematika, cukup mengklik menu matematika-trigonometri, dan lain seterusnya.
Otomatis semuanya terekam di server (platform) yang sudah disiapkan di pusat. Dengan cara seperti ini, masalah-masalah seperti disebutkan di atas dapat teratasi. Teratasi, namun hasil akhir tentu saja belum dapat diprediksi. Di balik berbagai percobaan pasti akan ada perubahan.
Gojek telah menyadarkan kita beberapa hal. Setelah kita pergi diantar gojek, kita memberikan komentar di platform itu, puas atau tidak puas. Kalau puas, berikan bintang 4/5, dan sebutkan dimana kepuasan. Kalau tidak puas, juga sebutkan dimananya tidak puas. Setelah kita tekan bintang dan kasih komentar, semuanya terekam di aplikasi (gojek) pusat. Dan pekerja gojek itu pun dievaluasi.
Kalau kerjanya memuaskan dia akan naik pangkat (persen gaji ditambah dengan sistem poin), kalau kerjanya belum memuaskan, si pekerja tidak akan naik pangkat, bahkan terindikasi diberhentikan. Kepuasan pelanggan terekam dengan baik. Di samping itu, guru pun memiliki aplikasi untuk mencentang kemampuan siswanya.
Tak selamanya berhasil
Di sisi lain, persoalan pendidikan kita hari ini tidak mungkin dapat diselesaikan hanya dengan kemajuan teknologi. Teknologi hanyalah media perantara, yang bukan saja membuat perubahan ke arah lebih baik, kadang juga menambah persoalan.
Dunia pendidikan terus memposisikan diri ke arah yang sulit dipahami. Setiap hari ada saja perubahan yang nampak dari sudut dunia. Ketika hari ini kita berbicara masalah pendidikan kearifan lokal, di negara lain permasalahnnya adalah upaya pemenuhan bakat siswa dan orientasinya kepada lapangan kerja. Menit ini kita bicara kurikulum karakter, negara lain sudah melaksanakan home-schooling. Detik ini bicara peningkatan mutu guru dan sertifikasi, di benua lain sudah menerapkan pembelajaran melalui internet (non-klasikal). Ketika kita bahas praktik pendidikan berbasis teknologi, manusia dari negara lain sudah naik ke bulan, dan memberikan hal positif kepada umat manusia.