Pelabuhan Internasional
Pembangunan Pelabuhan Internasional Aceh Tamiang Berawal dari Bisnis Ilegal
Namun siapa sangka, ide awal pembangunan ini berawal dari bisnis ilegal. Sebuah bisnis yang sama sekali tidak memberi manfaat apapun bagi negara.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Rusli alias Koceng merupakan sosok penting di balik pembangunan pelabuhan internasional Aceh Tamiang.
Pengusaha yang sudah enam tahun berkecimpung di dunia ekspor impor ini rela merogoh kocek sendiri demi mewujudkan pelabuhan internasional yang dibangun di Kecamatan Seruway.
Namun siapa sangka, ide awal pembangunan ini berawal dari bisnis ilegal. Sebuah bisnis yang sama sekali tidak memberi manfaat apapun bagi negara.
Pengakuan ini disampaikan sendiri oleh Koceng di hadapan Bupati Aceh Tamiang Mursil, Ketua DPRK Aceh Tamiang Suprianto dan pihak-pihak yang terlibat rapat pembahasan pembangunan pelabuhan internasional, Sabtu (14/12/2019).
"Yang saya lakukan ilegal. Tidak ada surat dari negara kita. Tapi surat yang dikeluarkan dari negara asalnya berlaku di negara kita. Kok bisa begitu," kata Koceng dengan nada bertanya.
Berkat teknik yang dimilikinya ini, Koceng menjalankan bisnis ini hingga enam tahun. Namun setahun terakhir dia mengaku mulai berhenti karena mulai berpikiran ada yang salah dengan bisnis yang digelutinya.
"Saya anggap saya maju, masukan gula ratusan ton. Tapi negara rugi. PAD Tamiang tidak ada," bebernya.
• Kurangi Sampah Plastik, Wakil Wali Kota Langsa Ajak Masyarakat Bentuk Bank Sampah
• Pembangunan Pelabuhan Internasional Aceh Tamiang Didukung Imigrasi dan Bea Cukai
• Plt Gubernur Aceh Ajak KAHMI Bersinergi Membangun Bangsa
Gayung bersambut, di tengah kebimbangan itu Koceng mengaku dirinya dicari dan dipanggil Kakanwil Bea dan Cukai Aceh, Safuadi.
Dalam pertemuan di Banda Aceh, Safuadi mendorong Koceng mengalihkan bisnisnya sesuai peraturan, yakni melalui pelabuhan resmi.
"Karena mendapat dukungan, saya langsung kerja. Saya gunakan uang sendiri, saya pastikan lima perak pun tidak ada uang pemerintah," sambungnya.
Koceng meyakini pembangunan pelabuhan ini akan memberikan dampak positif bagi daerah.
Dia akan melibatkan seluruh rekanannya yang ada di Malaysia dan Thailand untuk menghidupkan pelabuhan ini.
"Saya optimis ini akan maju karena bukan merintis, tapi merubah (bisnis) gelap menjadi ke terang," tegasnya.
Secara khusus dia mendatangkan dua rekannya itu, Sa Art (41) asal Thailand dan Azlan bin Aziz (26) dari Malaysia.