Petir Landa Subulussalam
Dalam Sebulan, Tujuh Warga Subulussalam Jadi Korban Sambaran Petir, Tiap Tahun Ada Saja Sejak 2010
Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang sangat mengkhawatirkan karena sangat sering mengenai manusia.
Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Korban baru merasakan sengatan panas seperti disetrum setelah 15 menit kejadian. Korban langsung menjerit dan berhamburan minta tolong.
“Kami langsung menolong dengan cara menanam korban di dalam lumpur. Setelah itu korban diboyong ke Puskesmas Penanggalan untuk penanganan medis,” kata Darwin
Masih di 2012, hujan lebat disertai angin kencang yang mengguyur Kota Subulussalam, Rabu (1/2/2012) sore tadi membawa petaka bagi Zulkifli (25),penduduk Jalan Sultan Daulat, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam.
Pemuda yangsehari-hari bekerja di Kantor Kesbangpol dan Linmas Kota Subulussalam itu kritis akibat disambar petir saat sedang mengendarai sepeda motornya di Jalan Pertemuan.
Salah seorang saksi mata, Medan Rayali (33) kepada Serambinews.com mengatakan, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 16.40 WIB ketika hujan deras mengguyur Subulussalam.
Saat kejadian,korban tengah mengendarai sepmor dari arah Jalan Teuku Umar menuju Jalan Malikussaleh.
Namun ketika sedang melintas di Jalan Pertemuan, menjelang Kantor DPRK Subulussalam tiba-tiba petir menyambar korban.
Melihat kejadian tersebut, Medan bersama sejumlah wargalangsung mengejar memberikan pertolongan dengan melumpuri tubuh korban ke halaman rumahpenduduk setempat.
Tubuh korban pun dilumuri dengan lumpur.
Hal itu dilakukan untukmenghilangkan rasa panas yang menyengat tubuh korban akibat sambaran petir.
Kemudian masih di tahun 2012, nasib tragis menimpa pasangan suami istri Rusman Banurea (40) dan Megawati bru Samosir (36) Penduduk Jalan Sosor, Lorong At Taubah, Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Keduanya tewas mendadak disambar petir saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya, Kamis (27/12/2012) sekitar pukul 17.10 WIB.
2010, Hujan deras disertai petir yang mengguyur wilayahKota Subulussalam, Jum’at (14/5/2010) silam membawa malapetaka. Tigawarga Desa Cipare-Pare, Kecamatan Sultan Daulat tersambar petir.
Satu korban yakni Dijan (42) dilaporkan meninggal dunia.
Sementara dua warga lainnya masing-masing Lala (50) danNurhasanah (30) mengalami cedera ringan sehingga terpaksa dirawatdi rumah sakit.
Informasi yang dihimpun Serambi, menuturkanperistiwa naas itu terjadi sekira pukul 17.00 WIb saat warga sedangaberistirahat di rumah.
“Kejadiannya sekitar pukul 17.00 WIB saat itupetir kuat menyambar,” ujar Alim, salah seorang warga
Upaya tanggap darurat langsung dilakukan, terhadap ketiga korbannamun satu diantaranya tidak dapat diselamatkan. Usai kejadian,kedua korban selamat langsung dilarikan warga ke rumah sakit diSubulussalam. Menurut warga, dalam sebulan terakhir ini cuaca burukseperti hujan deras disertai angin kencang dan petir melanda KotaSubulussalam.
Maret 2010, puluhan santri yang mondok di Dayah Raudhatul Jannah, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Selasa (16/3/2010) petang sekira pukul 17.00 WIB, disambar petir.
Kendati tidak ada korban jiwa dalam insiden ini namun para korban dilaporkan trauma.
Pimpinan Dayah Raudhatul Jannah, Ust Amrullah yang dikonfirmasi Serambi membenarkan kejadian tersebut.
Menurut Amrullah sedikitnya 23 santri putri dan seorang putra terkena sambaran petir.
Pihak dayah menuruit Ust Amrullah langsung memberikan pertolongan secara tradissional terhadap para korban dengan cara mengubur tubuhnya ke dalam lumpur.
"Ada dua puluh empat semua kebanyakan perempuan cuma seorang yang putra," terang Amrullah
Lebih jauh Ust Amrullah menjelaskan, saat kejadian para korban sebenarnya berada dalam ruang asrama masing-masing. karena itu, petir yang menyambar para santri ini diduga hanya bayangan. selain secara tradisional, kata Amrullah, para korban juga telahg ditangani secara medis.
Namun hingga berita ini disusun, para korban dilaporkan masih dalam kondisi trauma berat.
"Memang sudah sembuh tidak ada yang patal tapi mereka (santri-red) masih trauma," ujar Amrullah
2011, Lima warga Dusun I, Desa Sikerabang, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam mengalami luka parah akibat disambar petir, Senin (21/11/2011) sore.
Akibatnya satu dari lima korban, yakni Sumiati (48) terkapar dengan luka bakar yang cukup parah sehingga harus dirujuk ke Puskesmas Penanggalan untuk mendapatkan perawatan secara intensif.
Korban lainnya adalah Depi Haryati (10) murid kelas IV Sekolah Dasar (SD), Ruhiyat (33), Dewi Kurnia (28) dan Nandang (32).
Kepala Desa Sikerabang, Jimmi didampingi unsur muspika setempat kepada Serambi Selasa (22/11/2011) mengatakan, musibah tersebut terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Saat kejadian, Sumiati dikabarkan sedang memetik rambutan bersama keponakannya Depi Haryati di halaman rumah.
”Nggak ada kilat tiba-tiba ada suara petir dengan suara menggelar menyambar tangan saya,” kata Sumiati menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Kapolres Aceh Singkil AKBP Bambang Syafrianto S.IK yang dikonfirmasi Serambi melalui Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah di rumah duka membenarkan dua warga di Kecamatan Penanggalan tewas disambar petir.
”Kedua korban adalah pasangan suami istri dan meninggal saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya,” kata Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah.
Sementara Kepala Dinas Penanggalan, Haris Muda Bancin didampingi Tumirin (ipar korban) kepada Serambi menerangkan tragedi sore hari yang membuat pasangan suami istri meninggal dunia tersebut terjadi saat korban Rusman sedang memperbaiki parabolanya yang rusak.
Kala itu Kota Subulussalam dan sekitarnya baru saja diguyur hujan deras diiringi kilat dan gelegar petir yang cukup memekak telinga.
Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba sambaran petir menyetrum tubuh korban yang sedang memegang besi pengatur sinyal parabola.
Putri korban yang melihat ayahnya kesetrum memberitahu pada ibunya. Sang istri pun berusaha membantu suaminya yang kesetrum dengan kondisi lengket pada bagian besi parabola. Naas bagi Megawati yang turut meninggal dunia bersama sang suami.
”Si istri sebenarnya mau membantu korban tapi ikut juga kesetrum,” ujar Haris Bancin.
Data ini hanya sebagian kecil catatan Serambinews.com
Ada sejumlah korban sambaran petir yang tidak tercatat termasuk peristiwa era 1994-2008. Intensitas petir di Kota Subulussalam selama ini memang cukup mengkhawatirkan.
Karena itu, masyarakat diminta agar selalu mewaspadai ancaman petir.
Setiap hujan turun di daerah ini selalu diwarnai sambaran petir yang menggelegar dan kilat yang menyala-nyala.
Karenanya, ketika musim hujan tiba di daerah itu, petir pun kembali mengancam. Bahkan setiap tahun ada saja warga yang tewas akibat sambaran petir.
Sejauh ini warga juga mengaku tidak tahu di mana lokasi paling aman dari ancaman petir yang tiap hujan turun melanda daerah itu.
Pasalnya, korban yang terkena sambaran petir bermacam tempat bukan hanya di tanah lapang tapi tak sedikit mereka yang berada di dalam ruangan atau rumah. (*)