Kisah Wartawan Serambi Cari Adik Usai Tsunami, Jumpa Rekan Kantor Bawa Mayat Istri di Kereta Sorong
Yusmandin Idris, wartawan Serambi Indonesia yang kini bertugas di Bireuen tak bisa melupakan kisah seusai Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Muhammad Hadi
Sebelum berangkat saya ingatkan istri agar keluarga di Peureulak dan Bireuen untuk tidak berangkat ke Banda Aceh menunggu kabar dari saya.
Istri saya menyiapkan pakaian seadanya dalam tas jinjing.
Kami berempat berangkat sekitar pukul 16.00 WIB, Senin (27/12/2004) ke Banda Aceh dengan mobil sedan pinjaman sekitar pukul 22.00 WIB tiba di kawasan Simpang Surabaya Banda Aceh.
• Kepala BNPB Tegaskan Bencana Alam bukan Hukuman, Hadiri Peringatan Gempa dan Tsunami di Aceh
Sejumlah orang yang kami jumpai mengabari sulit ke Darussalam.
Karena masih ada air dan jalan tertutup.
Dengan tekad kami terus bergerak melalui Ulee Kareng ke Darussalam dan langsung ke tempat pemondokan
keluarga lainnya.
• Polres Pidie Kerahkan 200 Personel Amankan Puncak Memperingati 15 Tahun Tsunami
Setiba di Lampoh U Darussalam, tidak ada satu orang-pun, kami berempat kemudian terpencar dan besok janji bertemu lagi.
Sekitar pukul 24.00 WIB, saya bertemu dengan Muhammad yang sedang memperbaiki sepeda motor di kawasan Tanjong Selamat, Darussalam.
Sepeda motor tidak ada minyak lagi dan sudah diisi dengan minyak tanah.
Saya bertanya pada Muhammad, Kak Zawiyah bagaimana.
Saat itu ia terdiam dan langsung menangis dan menceritakan satupun belum tahu bagaimana keadaannya.
Saya bertanya kembali, Abdurrahman (abang kandung Muhammad) dimana.
Ia menjawab ada ketemu sebentar, Yusmawati (adik ipar saya) dan adiknya Husna Rahmi dimana.
Muhammad mengarahkan saya ke masjid kampus ada ratusan orang berkumpul di mesjid tersebut.
“Di Kajhu tidak bisa lewat dan rusak parah, rumah hancur dan tidak bisa kita lewati sama sekali,” kata Muhammad.
• Kantor Camat Montasik Dirusak Massa, Ini Penjelasan Camat Sampai Status Diupload di Media Sosial