15 Tahun Tsunami Aceh
Cerita Dibalik Kemah Tsunami di Aceh Barat, Doa dan Zikir Menggema di Lahan Bekas Bencana 2004 Silam
“Daerah ini tempat saya lahir dan bermain ria hingga menjelang dewasa dulu, namun kini sudah berubah. Saya hanya bisa menangis teringat ayah, ibu,...
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Nurul Hayati
Untuk tempat mereka berteduh semalam saja.
Selama semalam suntuk, penghuni kemah itu mengisi malam dengan zikir dan doa.
Kepada keluarga dan saudara mereka yang telah meninggal di desa tersebut.
Baik akibat bencana tsunami mau pun yang telah lebih awal tiada.
• Sosok Irjen Listyo Sigit Prabowo, Baru 10 Hari Dilantik Langsung Tangkap Penyerang Novel Baswedan
“Hanya doa yang bisa kami kirim kepada mereka yang telah tiada akibat bencana tsunami, semoga Allah mengampuni saudara dan keluarga kami semua. Doa dan zikir bersama ini juga mengikatkan kami dalam silaturrahmi, meski penduduk kita saat ini telah berpencar ke berbagai daerah, akan tetapi pada peringatan tsunami kami berjumpa lagi,” ungkap Karmizar, Keuechik Pante Mutia, Kecamatan Arongan Lambalek kepada Serambinews.com, Kamis (26/12/2019) malam.
Ia mengisahkannya di lokasi desa bekas tsunami.
Di ela-sela kegiatan doa dan zikir bersama yang bergema memecah malam.
Disebutkan, warga setiap peringatan tsunami membangun satu unit kemah untuk masing-masing keluarga.
Meski daerah itu di guyur hujan dan terjangan badai, warga tidak akan meninggalkan lokasi tersebut.
Kegiatan warga untuk satu malam itu, disamping melaksanakan shalat berjamaah, mereka isi malam dengan doa dan zikir yang diawali dengan tausiah.
“Tahun ini kegiatan doa dan zikir pada peringatan tsunami ke-15 dipimpin langsung oleh Ketua MPU Aceh Barat dan sejumlah tokoh agama lainnya. Diikuti oleh warga yang datang dari berbagai daerah, seperti dari Banda Aceh, Meulaboh, Aceh Jaya, dan sejumlah daerah lainnya. Mereka semua penduduk asli desa Pante Mutia yang saat ini telah berpencar pascatsunami,” ujar Karmizar.
• Tersangka Penyerangan Novel Baswedan Ditangkap di Cimanggis
Di lokasi desa bekas tsunami tersebut, kini telah dibangun sebuah monumen.
Berisi nama-nama korban tsunami yang berjumlah sekitar 142 orang.
Di samping monumen tersebut, juga dibangun sebuah tugu besar.
Hal itu dilakukan, untuk mengukir sejarah.