15 Tahun Tsunami Aceh
Cerita Dibalik Kemah Tsunami di Aceh Barat, Doa dan Zikir Menggema di Lahan Bekas Bencana 2004 Silam
“Daerah ini tempat saya lahir dan bermain ria hingga menjelang dewasa dulu, namun kini sudah berubah. Saya hanya bisa menangis teringat ayah, ibu,...
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Nurul Hayati
Untuk anak cucu dan warga yang masih hidup saat ini.
Aktivitas tersebut, nantinya akan terus berlangsung sepanjang masa.
Ia menambahkan, lokasi bekas tsunami itu kini telah berubah menjadi lahan perkebunan dan lahan pertanian.
Sedangkan penduduknya, tidak ada lagi yang tinggal di daerah itu.
• Waspada! Jalan Blangsere Kutapanjang Rusak di Empat Titik Ini
“Daerah ini tempat saya lahir dan bermain ria hingga menjelang dewasa dulu, namun kini sudah berubah. Saya hanya bisa menangis teringat ayah, ibu, adik, nenek, dan sebagian saudara saya lainnya yang hilang bersama gelombang besar dan tidak tau di mana jasadnya,” tutur Saedah (45) dengan perasaan sedih malam itu.
Ia meruapan salah satu penduduk asli Pante Mutia.
Ia kini berdomisili di Desa Suak Pante Breuh, Kecamatan Samatiga.
Saedah menambahkan, mereka tetap akan terus ikut serta setiap kegiatan peringatan tsunami.
Di mana dalam kegiatan doa dan zikir bersama itu, juga bisa melepas rindu.
Dengan teman dan saudaranya yang lama tak bersua. (*)
• Waspada! Jalan Blangsere Kutapanjang Rusak di Empat Titik Ini