Luar Negeri

Jika Amerika Membalas, Bakal Terjadi Perang di Timur Tengah, Iran Juga Ancam Serang Dubai dan Israel

Pejabat Iran memperingatkan potensi pecahnya perang di Timur Tengah jika AS membalas serangan rudal di markas di Irak.

Editor: Faisal Zamzami

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Pejabat Iran memperingatkan potensi pecahnya perang di Timur Tengah jika AS membalas serangan rudal di markas di Irak.

Pernyataan itu disampaikan penasihat Presiden Hassan Rouhani, Hessameddin Ashena, dalam kicauannya di Twitter.

Iran membombardir markas pasukan AS di Ain al-Assad dan Irbil pada Rabu selepas tengah malam waktu setempat (8/1/2020).

Saat ini, Pentagon belum memberikan respons apa pun, dengan Presiden Donald Trump dijadwalkan memberikan keterangan Rabu waktu AS.

"Segala balasan melalui operasi militer yang dilakukan AS bisa berujung kepada perang habis-habisan di Timur Tengah," ujar Ashena dilansir Al Jazeera.

"Arab Saudi, bagaimana pun, bisa mengambil langkah berbeda. Mereka bisa memilih mengambil langkah damai," lanjutnya.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, menjanjikan balasan yang "lebih kuat dan dahsyat" jika Pentagon merespons.

"Ini baru sebagian kecil dari kemampuan militer kami," koar Baqeri dalam pidatonya di pangkalan setempat, dikutip IRNA via CNN.

Jepang melalui Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menyerukan adanya de-eskalasi ketegangan antara Teheran dan Washington.

Berbicara kepada awak media di Tokyo, Suga mengatakan saat ini, mereka memantau situasi Timur Tengah yang sedang panas.

Dia membenarkan Dewan Keamanan Nasional bakal menggelar pertemuan untuk mendiskusikan serangan rudal ke markas AS di Irak itu.

Sementara Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters meminta diplomasi dikedepankan, dan semua pihak menahan diri.

Adapun Korea Selatan dalam rilis resmi menyatakan, mereka memantau situasi dan terus mendapatkan pembaruan laporan.

Garda Revolusi Iran menyatakan, mereka mengklaim serangan tersebut sebagai balasan atas kematian Jenderal Qasem Soleimani.

Komandan Pasukan Quds, cabang elite Garda Revolusi, itu tewas bersama dengan wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.

Soleimani dan Muhandis tewas setelah kendaraan yang mereka tumpangi dihantam rudal dari drone tempur milik AS.

Pentagon menjelaskan, mereka harus melenyapkan Qasem Soleimani karena jenderal 62 tahun itu merencanakan untuk menyerang lagi warga AS.

Dua Kades Terlibat Cinta Terlarang saat Suami Jual Durian ke Jawa, Akhirnya Digerebek Warga Sendiri

Penderita Gangguan Jiwa Bacok Tetangga Pakai Parang di Teunom Aceh Jaya, Begini Kronologisnya

Setelah Rudal Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel dan Dubai

Iran melalui Garda Revolusi mengancam bakal menyerang Israel setelah meluncurkan rudal ke markas pasukan AS.

Dua markas yang menampung AS dan sekutunya di Irak dilaporkan mendapat serangan "puluhan misil" pada Rabu tengah malam (8/1/2020).

Sumber keamanan menerangkan, markas pasukan AS dan sekutunya di Ain al-Assad, barat Irak, diserang dalam tiga gelombang.

Beberapa jam setelahnya seperti diwartakan televisi Al Mayadeen via BBC, serangan rudal kedua terjadi di Pangkalan Irbil.

Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman, menyatakan rudal itu ditembakkan pukul 17.30 waktu AS pada Selasa (7/1/2020).

"Sudah jelas bahwa serangan tersebut berasal dari Iran, dan menargetkan dua pangkalan militer Irak di Ain al-Assad dan Irbil," ujarnya.

Dalam keterangan terpisah, Gedung Putih memaparkan Presiden Donald Trump sudah diberi tahu dan memantau perkembangannya.

Hoffman melanjutkan, saat ini fokus Pentagon adalah menaksir kerusakan yang terjadi akibat serangan rudal di dua markas tersebut.

Dia menerangkan, Washington bakal mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan AS dan sekutunya di Timur Tengah.

Iran menyatakan, operasi militer bernama "Martir Soleimani" itu dilakukan oleh Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi.

Dalam pernyataanya sebagaimana dikutip AFP, Garda Revolusi mengancam bakal menyerang sekutu AS jika serangan mereka dibalas.

Dalam kanal Telegram dilansir CNN, Teheran menargetkan Dubai (Uni Emirat Arab), serta kota Haifa yang berlokasi di Israel.

Selain itu, Iran juga merespons kabar bahwa Washington bakal memberikan tanggapan setelah dihantam oleh misil.

 "Kali ini, kami akan menanggapi kalian di dalam tanah kalian sendiri (AS)," ujar Iran dalam siaran Telegram mereka.

Garda Revolusi menyerukan agar Washington mencabut militer mereka dari Timur Tengah untuk menghindari "korban lebih banyak".

Serangan tersebut terjadi lima hari setelah komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas dibunuh AS.

Soleimani tewas bersama wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, Jumat pekan lalu (3/1/2020).

Soleimani dan Muhandis tewas setelah konvoi mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal dari drone tempur MQ-9 Reaper AS.

Iran maupun sekutunya di Timur Tengah menyerukan balas dendam atas kematian Qasem Soleimani, yang dianggap penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Detik-detik Algojo Habisi Hakim PN Medan, Jamaluddin Tewas Kehabisan Oksigen karena Dibekap

Rencana Nikahi Gadis Jeunieb Bireuen, Martunis Anak Angkat Ronaldo Ternyata belum Mendaftar di KUA

Tambang Emas Ilegal di Tangse Pidie Digerebek, Polisi Sita Dua Alat Berat dan Satu Beko Rusak

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pejabat Iran: Jika AS Membalas, Bakal Terjadi Perang di Timur Tengah", 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved