Berita Simeulue
Pastikan Harga TBS, DPRK Simeulue Sidak Ke Pabrik Sawit, Ternyata Ini Harga Per Kilogram
Pasalnya, petani sawit Simeulue mengkeluhkan rendahnya harga beli tandan buah segar (TBS), yakni berkisar Rp 1.000 per kilogram hingga Rp 1.050 per Kg
Penulis: Sari Muliyasno | Editor: Yusmadi
Laporan Sari Muliyasno | Simeulue
SERAMBINEWS.COM, SINABANG - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke pabrik kelapa sawit yang berada di kawasan Lauke, Kecamatan Simeulue Tengah, Rabu (15/1/2020).
Sidak dewan yang dipimpin langsung oleh pimpinan DPRK Simeulue, Poni Harjo, beserta unsur dari Komisi B dan Komisi C, dalam rangka menindaklanjuti laporan masyarakat Simeulue, terutama petani sawit.
Pasalnya, petani sawit Simeulue mengkeluhkan rendahnya harga beli tandan buah segar (TBS), yakni berkisar Rp 1.000 per kilogram hingga Rp 1.050 per kilogram.
Harga tersebut dianggap tidak mengikuti harga pasar yang sedang mengalami kenaikan.
Kedatangan rombongan dewan, disambut oleh Manejer perusahan PT Raja Marga selaku pemilik pabrik kelapa sawit, Marjono, dan langsung melakukan pertemuan.
"Menindaklanjuti laporan masyarakat (petani sawit) karena harga TBS tidak bisa mengimbangi harga pasar. Harga di masyarakat berkisar Rp 1.050," ujar pimpinan dewan.
Menanggapi hal itu, Manejer PT Raja Marga, menyebutkan bahwa tidak benar harga beli TBS di pabrik Rp 1.050 per kilogram.
Pihak perusahaan, lanjutnya, selalu transparan dalam pembelian TBS.
Setiap ada perubahan harga, naik atau pun turun, perusahaan selalu membuat pengumuman resmi di bagian timbangan.
"Harga saat ini Rp 1.350 sekilo TBS,
Harga sebelumnya Rp 1.250," ucap Marjono di hadapan para anggota dewan.
• Rendahnya Harga Beli TBS, Pimpinan Dewan Sidak ke Pabrik Kelapa Sawit
• Banyak Perusahaan Kelapa Sawit dan Tambang Batubara, Jalan Desa Rusak, Warga Tulis: Tolong Kami
• Abdullah Puteh, Pabrik Gula dan Pabrik Minyak Sawit Dibangun di Aceh
Lebih lanjut, pihak perusahaan PT Raja Marga, juga tidak memiliki agen pengepul TBS di lapangan.
Pihaknya juga mengaku bersedia menjemput TBS milik patani sawit dengan syarat menentukan biaya angkut dari lokasi ke pabrik.
Pada kesempatan itu juga, anggota dewan yang hadir, Hamsipar, mengaku kaget dengan harga beli TBS di pabrik yang selisihnya tidak begitu jauh dengan harga beli di daratan, sebagaimana penjelasan dari manajemen perusahaan.
"Kalau begini ada tengkulak yang bermain di lapangan. Terlalu besar keuntungan yang diambil tengkulak," tegas Hamsipar.
Para anggota dewan pun, mengaku berterimakasih kepada manajemen pabrik sawit yang sudah bersedia menyediakan angkutan TBS dalam mencegah "permainan" agen liar di lapangan. (*)