Nasib Pasar Ekstrem Tomohon, Bermacam Daging Hewan Liar Dijual di Sini, Sudah Jadi Tradisi
Pasar Tomohon kembali menjadi sorotan masyarakat akibat kemiripannya dengan Pasar Seafood Huanan yang terletak di Wuhan, China.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pasar Tomohon kembali menjadi sorotan masyarakat akibat kemiripannya dengan Pasar Seafood Huanan yang terletak di Wuhan, China.
Kedua pasar tersebut sama-sama menjual kuliner ekstrem, salah satunya kelelawar.
Bedanya, Pasar Seafood Huanan disebut sebagai asal virus corona.
Hal ini diperkuat hasil positif dari sampel yang diambil di tempat perdagangan hewan liar pasar tersebut.
Lantas, bagaimana Pasar Tomohon, kini?
Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara Henry Kaitjily mengklaim Pasar Tomohon cenderung lebih bersih.
Hewan yang diperjualbelikan merupakan tangkapan segar hasil buruan di hutan.
Meski begitu, ternyata pasar ekstrim yang terletak di Tomohon, Sulawesi Utara tersebut sedikit berbeda dari pasar di Wuhan.
"Banyak yang dijual di sana adalah hasil tangkapan masyarakat lokal, mulai dari kelelawar hingga tikus sawah.
Tikus yang dijual juga bukan tikus rumah.
Hewan yang dijual juga bermacam-macam," jata Henrys saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/1/2020).
Hewan-hewan liar yang dijual di Pasar Tomohon juga bukan hasil penangkaran yang lama berada di dalam kandang.
Oleh karena itu, tak semua hewan liar, termasuk kelelawar, dijual setiap hari.
Sebab, menurut Henry, tangkapan kelelawar merupakan hal yang musiman.
Masyarakat masih biasa

Pedagang menyiapkan daging kelelawar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, yang juga menjual monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra), Sabtu (18/2/2017). Sebagai salah satu primata dengan populasi terancam di dunia, perburuan monyet hitam Sulawesi untuk dijual sebagai santapan masih tinggi.(AFP PHOTO / BAY ISMOYO)
Menurut Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw, imbas virus corona, beberapa masyarakat memang jadi takut menyantap kelelawar.
Di sisi lain, ada juga masyarakat merasa biasa saja.
Hal ini tak lepas dari kebiasaan mengonsumsi kelelawar sejak lama. di daerah tersebut.
"Orang-orang sini banyak yang sering makan kelelawar dan belum pernah ada kasus terkena penyakit," ujar Steven saat dihubungi Kompas.com.
Kendati demikian, Steven tetap mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan dan waspada terhadap virus corona, sekalipun tidak ada persoalan di pasar tersebut.
"Kami imbau agar mereka tetap waspada. Kami juga semakin perketat keamanan sebelum wisatawan China masuk ke Sulut," kata Steven.
"Untuk pencegahan virus corona ya langkah kita adalah mencegahnya dari China (melalui pemasangan alat pendeteksi suhu tubuh di bandara) dan bukan di pasar. Pintu masuk ke Sulut yang kita jaga," lanjutnya.
Kunjungan Wisatawan Ke Pasar Ekstrim Tomohon

Pasar Tomohon merupakan pasar tradisional yang sudah ada di Kota Tomohon sejak zaman dulu.
Menurut Henry, Pasar Tomohon merupakan bagian dari pariwisata Kota Tomohon, meskipun tidak termasuk ke dalam daftar tempat wisata yang dikunjungi.
Jika ada wisatawan yang ingin datang, maka tidak ada pelarangan.
Hal senada pun disampaikan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut Merry Karouwan.
Kendati ada beberapa agen perjalanan yang tidak mengantar wisatawan ke sana, wisatawan bisa berkunjung sendiri dan akan ditemani oleh pemandu tur jika ingin melihat-lihat.
"Kalau ada wisatawan China yang ingin berkunjung silahkan.
Kalau ingin diantar akan diantarkan.
Biasanya akan ada satu hari di mana operator perjalanan tidak menyiapkan kegiatan (untuk hari istirahat). Di hari itu, mereka bisa pergi kemana saja," kata Merry saat dihubungi Kompas.com.
Sementara itu, Wagub Steven menyebut Pasar Tomohon sebagai local content.
"Jadi tidak ada salahnya untuk dilihat orang. Wisatawan dari China senang untuk datang melihat-lihat," kata Steven.
Tikus Kalahkan Sapi

Bagi orang Minahasa menyantap daging hewan-hewan liar seperti tikus, kelelawar, anjing, kucing, hingga ular bisa dibilang sudah jadi kebiasaan sejak dulu.
Hewan-hewan tersebut diolah jadi makanan khas Minahasa seperti dibuat rica-rica atau masakan lainnya.
Lidah orang Minahasa memang sudah terbiasa dengan kuliner yang terbilang ekstrem.
Dikutip dari Harian Kompas, Selasa (28/1/2020), pedagang Pasar Tomohon, Kota Tomohon, Lientje Rengkuan (57), mengaku menjajakan puluhan daging tikus hutan.
Dia bilang, tikus yang dijual hanyalah tikus hutan atau kebun berekor putih (Maxomys hellwandii).
”Ekor putih itulah yang membedakan tikus hutan dan tikus rumah,” ujar Lientje yang juga menjual setumpuk daging kelelawar atau paniki.
Di lapak lain, pedagang memajang ular piton dengan panjang sekitar 3 meter.
Ada juga pedagang yang menjual daging babi hutan dan anjing.
”Kalau mau melihat yang lengkap, datanglah ke pasar ini pada hari Jumat dan Sabtu pagi,” katanya.
Sejumlah hewan lain yang dagingnya digemari antara lain soa-soa, burung weris, kuskus, tarsius, rusa, hingga hewan endemik langka seperti yaki (Macaca nigra), babi rusa (Babyrousa babirussa), dan anoa (Bubalus sp).
Cici, salah seorang pembeli rutin asal Kanonang Minahasa, mengatakan memakan daging hewan liar seperti sudah jadi tradisi turun menurun.
”Pokoknya, semua hewan yang berkaki, melata, terbang, dan berenang kami sikat, ha-ha-ha,” ujar Cici.
Dari sekian hewan yang disebutkan, Cici sangat menyukai tikus hutan yang dimasak bumbu rica dan santan.
”Setiap kali makan nyanda (tidak) cukup kalau cuma dua ekor, paling sedikit lima ekor baru kenyang,” kata Cici.
”Wah, rasanya mau nambah,” ucap Cici saat ditanya bagaimana rasanya.
Ia mengasosiasikan cita rasa daging tikus dengan daging ayam yang diberi sedikit rasa manis.
• Terisolasi Akibat Virus Corona, Warga Saling Menyemangati Berteriak dari Jendela: Whuahan, jiayou
• Virus Corona Merebak, Warga Manado Tetap Suka Makan Daging Kelelawar, Dimasak Bervariasi
• Suami Pergi Keluar Beli Tali, Saat Pulang Malah Dapati Istri yang Hamil Berzina dengan Oknum Polisi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Nasib Pasar Ekstrem Tomohon Kini?"
Penulis : Nabilla Ramadhian