Berita Pidie
Abusyik Kunjungi Stabat Sumatera Utara, Tinjau Ekowisata Hingga Belajar Atasi Konflik Gajah di Pidie
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mereka mengantisipasi konflik gajah dengan masyarakat.
Penulis: Nur Nihayati | Editor: Nur Nihayati
Sehingga dengan tidak adanya perambahan hutan, maka gajah akan tercukupi makanannya dan mereka tidak akan turun untuk mencari makan di perkebunan warga.
Salah seorang pengurus CRU Tangkahan mengatakan bahwa mereka dulunya mereka pelaku ilegal loging.
Akan tetapi dengan kesadaran mereka untuk mengelola hutan demi anak cucu mereka kelak maka mereka sekarang sudah meninggalkan kegiatan ilegal loging dan beralih ke pengembangan ekowisata.
Kegiatan ekowisata tangkahan saat ini bisa menghasilkan pendapatan Rp 15 milyar lebih per tahun.
Salah satu cara yang cepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan membentuk suatu tim kecil yang siap sedia untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan perubahan pola fikir masyarakat.
Sehingga lama kelamaan akan memotivasi masyarakat banyak untuk bergerak lebih aktif dan reaktif terhadap perubahan.
Menurut Edy, pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengelola hutan dan meningkatkan kesadaran pola tanam.
CRU Tangkahan merupakan CRU yang sudah berdiri sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah dalam pembiayaan.
Kegiatan diskusi tersebut berlangsung lebih kurang 2 jam.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari (3-6 Februari 2020) berdasarkan surat undangan.
Turut hadir dalam rombongan Bupati dan Ketua DPRK Pidie, Kepala Bappeda, Kadis LH, Kadisparbudpora, Kadispertanian, Sekwan dan Kabag Humas & Protokol Setdakab Pidie. Kemudian DR. Fauzi Harun (pemerhati pertanian).