Bisa Jadi Peluang Usaha, Mantan Pemulung Ini Sukses jadi Miliader Berkat Tanaman Porang
Tanaman porang, kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah. Umbi porang yang diolah jadi tepung ini laku keras di pasar ekspor.
Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.
• Berawal dari Kenal di Medsos Hingga Saling VC, Ini Modus Kadek Tiduri Istri Orang & Peras Suaminya
• Pria ini Bunuh Perawat dan Berniat Setubuhi Jenazahnya, Boh Soon Dihukum Seumur Hidup
• Keributan Berujung Pembacokan, Seorang Anak Tebas Ayah saat Panen Durian, Ini Pangkal Masalahnya
Umbi porang laku dijual.
Saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik.
Umbi porang kering atau chips porang dihargai lebih mahal lagi, Rp 20.000 per kg.
Masih ada yang lebih mahal yakni tepung porang.
Namun, kemampuan masyarakat belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.
Bagi warga Desa Sumberbendo, salah satu desa di Kabupaten Madiun, porang adalah primadona yang diibaratkan sebagai emas hitam karena hasil panen porang bisa langsung dikirim ke Jepang.
Produktivitasnya juga terbilang tinggi.
Setiap hektar lahan mampu menghasilkan 5 ton umbi basah sehingga petani bisa membukukan pendapatan minimal Rp 12,5 juta per hektar.
Panen porang berlangsung sekali dalam setahun.
Akan tetapi, porang tidak memerlukan biaya pemeliharaan.
Bahkan, penanaman cukup dilakukan sekali dan hasilnya bisa dinikmati setiap tahun.
Kisah Paidi

Paidi, warga Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun menunjukkan umbi porang yang mengubah nasibnya dari pemulung menjadi milyader.KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi
Beberapa petani bahkan kaya raya berkat tanaman ini.