Breaking News

Kupi Beungoh

Aceh Butuh Banyak Entrepreuneur Dibanding Politisi, Agar Bangkit dari Kemiskinan

Di tengah minimnya lapangan pekerjaan, kondisi ini akan menjadi ancaman serius bagi stabilitas kehidupan masyarakat Aceh, terutama anak muda.

Editor: Mursal Ismail
zoom-inlihat foto Aceh Butuh Banyak Entrepreuneur Dibanding Politisi, Agar Bangkit dari Kemiskinan
For serambinews.com
Tuanku Warul Walidin

Di tengah minimnya lapangan pekerjaan, kondisi ini akan menjadi ancaman serius bagi stabilitas kehidupan masyarakat Aceh, terutama anak muda.

Penulis: Tuanku Warul Waliddin, Etrepreuneur Muda Aceh

MELIHAT fenomena perkembangan Ekonomi di Aceh akhir-akhir ini, kita dihadapkan kepada dilematis antara kecukupan lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk usia produktif. 

Menurut data statistik BPS Aceh, saat ini Aceh sudah memasuki masa bonus demografi.

Artinya sejak 2020 hingga 2035, Aceh memiliki jumlah penduduk usia produktif (16-40) lebih dari 50 %.

Di tengah minimnya lapangan pekerjaan, kondisi ini akan menjadi ancaman serius bagi stabilitas kehidupan masyarakat Aceh, terutama anak muda.

Perebutan sumber-sumber ekonomi akan sulit dihindari.

Honorer dan Tenaga Kontrak di RSUD dr Fauziah Bireuen yang tidak Masuk Kerja akan Dipecat

Kriminal atau premanisme ringan sampai yang sangat serius dikhawatirkan akan menjadi ancaman di masa depan.

Sadar atau tidak, pada hari ini kita telah memasuki era digital yang sering di sebut era industri 4.0.

Ditengah serbuan kemajuan teknologi dan pasar yang semakin bebas, maka dituntut insting membaca dan memahami pasar bagi anak muda agar mampu bersaing dengan meninggalkan zona nyaman yang hanya berharap lapangan pekerjaan.

Anak muda Aceh harus sadar dan mampu membawa diri dan mengambil bagian dalam persaingan era industri 4.0.

Salah satu indikator provinsi termiskin se-sumatera yang diraih Aceh adalah banyaknya pengangguran dalam usia produktif.

Ini Jumlah Rumah Bangun Baru dan Rehab di Pijay Pada 2019

Merujuk ke belakang Aceh dari dulu terkenal sebagai provinsi yang getol menyumbangkan hartanya bagi republik.

Ini menandakan kemampuan ekonomi orang Aceh dahulu di atas rata-rata nasional atau kebalikan dengan hari ini.

Disaat yang lain belum mampu menyumbang pesawat, orang Aceh mampu menyumbang 2 pesawat sekaligus yang menjadi cikal bakal lahirnya BUMN terkemuka yaitu Garuda Indonesia.

Garuda Indonesia yang bermodalkan Emas rakyat Aceh harusnya bukan sekadar menjadi cerita "nina bobok" bagi generasi Aceh masa kini.

Harusnya hal ini menjadi pemicu dan motivator bagi generasi Aceh hari ini untuk bangkit. 

Ini Nama-nama Pekerja PT SPS yang Menjadi Korban Kebakaran Harta Benda

Sekaligus membuktikan diri bahwa kita mampu dan pantas menjadi generasi saudagar yang kemampuan ekonominya di atas rata-rata nasional.

Bukan tanpa sebab Pangeran Abu Dhabi tertarik merencanakan investasi besar-besaran di Aceh.

Ada banyak faktor yang tentunya tidak terlepas dari kemampuan hubungan dagang orang-orang Aceh dahulu dengan warga dibelahan dunia lainnya.

Ini sudah terbukti mampu dilakukan generasi Aceh di masa lampau.

Semangat, kerja keras dan disiplin waktu dalam mewujudkan mimpi-mimpi adalah salah satu jalannya.

Fenomena hari ini Aceh kebanjiran tokoh-tokoh politik, namun krisis tokoh-tokoh saudagar.

Hingga dapat kita lihat ada banyak organisasi-organisasi kepemudaan maupun organisasi kewirausahaan hanya menjadi tangga atau batu loncatan bagi para calon politisi-politisi untuk meniti kariernya.

Namun sangat minim kita melihat tokoh-tokoh pengusaha muda di Aceh yang diberi kesempatan untuk menjadi caretaker di dalam berbagai organisasi.

Hingga akhirnya sangat dilematis bila kita melihat Aceh hari ini kebanjiran politisi namun minim saudagar.

Satu politisi hanya mampu memberi 1.000 janji, namun 1 saudagar berkemungkinan membuka 1.000 lapangan pekerjaan.

Semoga ini harus menjadi renungan kita di era milenial ini. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved