Berita Subulussalam
Harimau Sumatera Masih Berkeliaran di Subulussalam, Sapi Lari Hingga Dievakuasi ke Luar Kebun
Informasi terbaru, seekor sapi ternak milik warga lari terbirit-birit hingga ke depan rumah penduduk untuk menghindari terkaman harimau.
Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Jamuddin sendiri meyakini jika sang hewan dilindungi yang dalam istilah penduduk setempat disapa ‘nenek’ ini tidak akan turun bila tak ada kesalahan masyarakat.
Dikatakan, di dekat Darul Makmur disinyalir terdapat lokasi yang kerap digunakan warga untuk mabuk-mabukan.
Bahkan ada juga di wilayah Darul Makmur.
Jamuddin selaku kepada desa mengaku pernah mengusir warga yang mabuk-mabukan di wilayahnya namun kini kembali muncul.
”Biasanya kalau tak ada yang buat ‘ulah’ nenek itu tidak akan turun.
Ini saya yakin ada yang buat salah. Dulu juga begitu, saya usir.
Ini masalahnya ada yang berkebun terus sering bawa minuman keras dan mereka mabuk di sini,” ujar Jamuddin
Sebagaimana dikabarkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan muncul di permukiman masyarakat Desa Darul Makmur dan Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dan memangsa dua ekor sapi di daerah ini.
Berdasarkan foto yang dikirim kepada Serambinews.com oleh warga setempat, tampak potongan tubuh sapi sisa mangsa harimau di Desa Singgersing.
Dilaporkan, sapi yang dimangsa harimau berjumlah dua ekor yakni induk dan anaknya.
Tubuh anak sapi ternak warga ludes dimakan sedangkan induknya hanya sepotong bagian belakang atau ekor.
Tubuh bagian ekor sapi tampak sudah terluka parah dan sebagian dagingnya habis.
Dalam foto tersebut sapi tampak berusaha lari dan terjebak di parit berlumpur dengan posisi kaki terbenam hingga diterkam harimau.
Sejumlah masyarakat mulai was-was atas kehadiran harimau sumatera di dekat permukiman penduduk.
Pasalnya, lokasi ternak yang dimangsa serta jejak kaki harimau berada dekat dengan rumah penduduk atau terpaut ratusan meter.
Kondisi ini membuat masyarakat ketakutan untuk pergi ke kebun.
Warga berharap pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera menangkap atau menghalau hewan ganas tersebut.
Sebagai mana berita sebelumnya harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan muncul di permukiman masyarakat Desa Darul Makmur dan Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dan memangsa dua ekor sapi di daerah ini.
”Iya memang ada harimau muncul ke permukiman, dua ekor, induk dan anaknya,” kata Jamuddin, Kepala Desa Darul Makmur, kepada Serambinews.com, Minggu (16/2/2020).
Jamuddin mengatakan, harimau sumatera yang muncul itu dua ekor yakni induk dan anaknya.
Untuk wilayah Darul Makmur, hewan bertaring itu sudah memasuki dua bulan namun sejauh ini belum ada memangsa ternak.
Adapun sapi ternak yang dimangsa, kata Jamuddin itu di desa tetangga yakni Singgersing terpaut sekitar dua kilometer dari Darul Makmur.
Sedangkan di Darul Makmur, hama kambing mereka justru anjing liar.
“Kalau Darul Makmur Alhamdulillah walau sering ada penampakan harimau tapi belum memangsa ternak,” ujar Jamuddin
Lebih jauh dikatakan, penampakan harimau di Darul Makmur sangat dekat dengan permukiman penduduk yakni hanya 200-an meter. Hewan dilindungi itu sering muncul tengah malam.
Harimau beranak ini menurut Jamuddin kerap terlihat oleh petani jagung melintasi lahan mereka.
Masalah ini sudah dilaporkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Subulussalam.
Dua ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan muncul di permukiman masyarakat Desa Darul Makmur dan Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dan memangsa dua ekor sapi di daerah ini.
”Sapi saya dimangsa dua ekor,” kata Rama (39) salah seorang warga Desa Singgersing kepada Serambinews.com, Minggu (16/2/2020).
Rama mengatakan, selama ini ada sebelas ekor sapi yang dipelihara di areal perkebunan kelapa sawit yang berada di Desa Singgersing berbatasan dengan Desa Darul Makmur, Sabtu (15/2/2020) subuh kemarin dua ekor sapi milik Rama dimangsa harimau.
Dua ekor sapi yang dimangsa satu induk dan satu anaknya. Rama yakin sapinya dimangsa harimau karena ada bekas jejak satwa dilindungi tersebut.
Selain itu, kata Rama, anak sapi tidak ada yang tinggal alias ludes sedangkan induknya tersisa separuh tubuhnya. Diperkirakan harimau sumatera ini datang dinihari jelang subuh.
Di lokasi kandang sapi dan areal perkebunan terdapat jejak kaki harimau.”Mungkin ada dua ekor harimaunya,” terang Rama
Lokasi ternak yang dimangsa harimau di Desa Singgersing cukup dekat dengan permukima penduduk atau rumah warga.
Pasalnya, kandang ternak itu berada dalam perkebunan kelapa sawit milik salah seorang pemodal yang batasnya langsung ke permukiman masyarakat Singgersing.
Warga pun berharap pihak BKSDA segera menghalau harimau agar tidak menimbulkan bahaya bagi penduduk setempat.
Staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Subulussalam, Riya Kamba yang dikonfirmasi Serambinewscom membenarkan adanya laporan kemunculan harimau sumatera di Sultan Daulat.
Riya mengaku mereka langsung turun ke lokasi menyusul adanya laporan masyarakat terkait harimau sumatera yang muncul dan memangsa ternak di Sultan Daulat.
“Benar memang, kami sudah turun dan ini sedang koordinasi dengan sejumlah pihak,” kata Riya.
Sementara tim Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) Aceh wilayah II Subulussalam telah melakukan pengusiran terhadap harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang beberapa waktu lalu berkeliaran di dekat permukiman dan dalam areal perkebunan masyarakat Desa Singgersing serta Darul Makmur, Kecamatan Sultan Daulat.
Pengusiran dilakukan dengan ritual pawang harimau yang didatangkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) ke lokasi, Minggu (16/2/2020).
Riya Kamba, Staf BKSDA Aceh wilayah II Subulussalam yang dikonfirmasi Serambinews.com, mengatakan mereka telah turun ke lokasi ditemukannya jejak kaki harimau yakni Desa Darul Makmur.
Dalam hal ini BKSDA berkoordinasindengan aparat kepolisian dan pihak terkait di sana.
Dikatakan, pengusiran dilakuka melalui proses ritual yang dipimpin pawing harimau. Pawang harimau dari Meulaboh, Aceh Barat, Sarwani Sabi alias Kek Carwani memimpin doa dalam prosesi ritual.
”Benar, kami sudah turun dan melakukan pengusiran. Kita pakai jasa pawang harimau. Pawang ini sudah terkenal sampai ke luar Aceh,” kata Riya Kamba
Kamba menambahkan, proses ritual dilakukan antara lain dengan cara menanam pohon asam kecombrang atau kincung alias Cikala dalam bahasa setempat di lokasi kebun masyarakat yang anjingnya dimangsa harimau.
Selain itu turut pula digelar doa bersama di kebun penduduk.
Sebelumnya akhir tahun lalu tepatnya Oktiber 2019, seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) juga dilaporkan masuk ke areal perkebunan masyarakat Desa Bawan, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Kehadiran hewan dilindungi ini membuat masyarakat terutama petani di Desa Bawan ketakutan beraktivitas di kebunnya.
Informasi yang dihimpun Serambinews.com, Selasa (22/10/2019) satwa bertaring tajam tersebut mulai diketahui dari jejaknya.
Namun ada pula informasi bahwa warga turut melihat harimau sumatera ini berkeliaran di perkebunan setempat.
Harimau ini terlihat saat siang bolong.”Bukan jejak kaki saja, tapi ada warga yang melihat siang hari,” kata Andong Maha
Dikatakan, warga yang melihat harimau itu adalah nelayan pencari belut. Dia terkejut saat keluar dari kali setelah menyaksikan sosok harimau yang tak jauh dari lokasinya.
Beruntung harimau tidak melukai sang pencari belut tersebut.
Lokasi harimau yang dilihat langsung warga berada di Desa Bawan perkempungan lama.
Kemudian, untuk jejak kaki harimau ditemukan di areal pertanian dan perkebunan Bawan perkampungan baru.
Menurut Andong meski belum melukai hewan ternak tapi dikabarkan harimau ini menerkam seekor anjing milik pemburu babi hutan yang berkeliaran di perkebunan warga.
Warga pun terutama petani di Desa Bawan dan sekitarnya mulai cemas untuk beraktivitas di kebun.
Apalagi, jarak kebun warga dengan perkampungan tidak begitu jauh sehingga juga dapat membahayakan hewan ternak mereka.
Sekadar informasi, Desa Bawan berbatasan dengan Desa Pasir Belo yang berada dekat kawasan hutan ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Di TNGL selain harimau juga terdapat gajah sumatera termasuk badak.
Tahun 2015 lalu, seorang warga yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga kebun, Hariyadi (50), dilaporkan tewas akibat diinjak gajah di areal perkebunan Desa Bawan, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Lantaran itu, warga meminta agar pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera menangkap atau menghalau harimau sumatera tersebut. (*)