Citizen Reporter

Semarak Maulid Nabi dan Indahnya Persaudaraan Masyarakat Aceh di Sydney

Ini semua berkat kekompakan dan kerja sama semua masyarakat Aceh yang ada di Sydney.

Editor: Mursal Ismail
For serambinews.com
MUTIA ELVIANI, SPdI 

Ini semua berkat kekompakan dan kerja sama semua masyarakat Aceh yang ada di Sydney.

MUTIA ELVIANI, SPdI, Penerima Beasiswa Australia Award Scholarship di University of New South Wales, Australia dan alumnus Pendidikan Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, melaporkan dari Sydney, Australia

PERINGATAN maulid Nabi Muhammad saw merupakan event tahunan yang menjadi bagian dari tradisi masyarakat Aceh yang terus dilestarikan.

Dalam bahasa Aceh, maulid biasanya disebut dengan “maulod” yang mana peringatan maulid nabi ini tidak hanya dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Tetapi biasanya dilaksanakan kapan saja selama waktu tiga bulan.

Jika dilaksanakan di bulan Rabiul Awal disebut dengan “maulod awai” (maulid awal).

Sedangkan jika dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir disebut “maulod teungoh” (maulid tengah). 

Abusyik Kecewa Kesiapan PORA di Pidie Masih Nihil, Begini Tanggapan Anggota DPRA dari Partai Aceh

Jika dilaksanakan setelahnya disebut “maulod akhir” (maulid akhir).

Acara maulid di Aceh biasanya dilakukan dengan cara berkenduri “makan bersama” atau membagikan makanan kepada masyarakat.

Ibu-ibu biasanya mempersiapkan hidangan di rumah, kemudian dibawa ke meunasah, dan kemudian disantap bersama oleh para tamu undangan yang datang ke meunasah tersebut.

Sebagian masyarakat juga melaksanakan kenduri maulid di rumah-rumah mereka dengan mengundang sanak saudara.

Semarak maulid nabi tak hanya dapat dirasakan di nanggroe tercinta, akan tetapi nun jauh dari kampung halaman, ternyata kemeriahan itu juga masih bisa kami rasakan di sini.

Ini semua berkat kekompakan dan kerja sama semua masyarakat Aceh yang ada di Sydney.

Ibu-ibu Demo Kantor Keuchik Kareung Blang Mangat, Ini Tuntutannya

Begitulah kira-kira sebait kata sambutan yang disampaikan oleh Ketua Acheh Australian Society (AAS), Aduen Muhammad Nazar pada Minggu (23/2/2020) saat pembukaan acara kemarin.

Acara maulid di Revesby ini juga diikuti dengan peusijuek kepengurusan anggota baru dengan ketua tetap Muhammad Nazar.

Serangkaian acara lainnya juga dihadirkan, yaitu Selawat Badar dan penampilan nasyid oleh adik-adik yang mengikuti pengajian di Meunasah Aceh Sydney.

“Kami latihan lebih kurang tiga minggu Kak, setiap Sabtu kami dilatih di Meunasah Aceh 157 yang berlokasi di Willey Park," kata salah seorang adik perempuan yang mengenakan busana lengkap warna putih dan berjilbab cokelat sesaat setelah penampilan.

Berdasarkan data, ada sekitar 200 warga Aceh di Sydney, Australia.

Adapun organisasi yang mewadahi masyarakat Aceh di Sydney adalah Acheh Australian Society (AAS).

Ada banyak juga kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya yang dilaksanakan oleh organisasi ini seperti pengajian rutin dan acara peringatan hari-hari besar Islam lainnya.

Peringatan maulid tahun ini dilaksanakan agak sedikit lebih telat karena sesuatu dan lain hal.

Acara dilaksankan di Reversby Community Centre, Reversby, NSW.

Untuk menempuh jarak ke sana dibutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Kami, para mahasiswa, harus menaiki train (kereta api) dari Central station, kemudian dilanjutkan naik bus hingga tiba di lokasi acara.

Ada yang berbeda dengan pelaksanaan maulid kali ini, yaitu Komunitas Acheh Australian Society (AAS) menghadirkan langsung penceramah kondang dari Nanggroe tercinta, yaitu Almukarram Teungku Yusri Puteh.

Mubalig asal Pidie ini diundang langsung untuk menambah kemeriahan peringatan maulid di Sydney.

Peringatan maulid ini juga merupakan ajang silaturahmi.

Tidak hanya masyarakat Aceh yang ada di Sydey yang berhadir, tapi juga dihadiri beberapa tamu undangan yang datang dari Canberra, Adelaide, Melbourne, Perth, dan beberapa daerah lainnya di Australia.

Acara ini juga turut dihadiri oleh perwakilan Konjen Republik Indonesia dan berbagai organisasi muslim Indonesia lainnya yang berada di Sydney.

Dalam Tablig Akbar yang bertema “Meneladani Kehidupan Rasul untuk Merekatkan Ukhuwah Islamiah di Negara Minoritas” itu, ada beberapa poin penting yang menjadi pembahasan dalam ceramah oleh Teungku Yusri Puteh. 

Antara lain tentang pentingnya menjaga identitas diri, dengan menjaga bahasa indatu kita, yaitu bahasa Aceh, dan tidak lupa dengan bahasa Indonesia, dan menghargai bahasa asing.

Hal ini agar generasi-generasi ke depan tidak lupa pada bahasa ibu mereka dan akan terus melestarikannya dengan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut lagi beliau berpesan, penting sekali dalam kehidupan agar mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan oleh Rasullullah saw.

Seorang nabi yang "dilantik" secara definitif oleh Allah, yaitu dengan mencontoh perilaku dan sikap beliau dalam berinteraksi dengan sesama, yaitu dengan selalu berbuat baik kepada satu sama lainnya.

"Karena barang siapa yang menyayangi penduduk bumi, maka penduduk langit akan menyayangi mereka,” beliau menambahkan.

Beliau juga mengajak kita semua untuk selalu bersikap positif kepada setiap manusia, karena dengan bersikap positif insyaallah hati kita akan tenang, beliau menambahkan dengan selalu bersikap positif pula maka akan banyak pahala bukan dosa yang kita hasilkan dalam keseharian kita.

Beliau juga menambahkan bahwa penting sekali agar kita mendekatkan diri dengan ulama dan pentinganya menuntut ilmu.

Dalam petikan yang beliau dendangkan pada sore yang berbahagia itu, beliau sempat menyanyikan petikan bait ini.

“Tanpa agama manusia binasa, tanpa ilmu manusia buta, tanpa harta manusia sengsara dan tanpa ukhuwah manusia terpisah,” begitulah beberapa bait ceramah yang sempat saya catat pada hari itu.

Jarum jam menunjukkan pukul 05.20 waktu Sydney, kemudian acara pun ditutup dengan doa, shalat Ashar berjamaah dan dilanjutkan dengan “pajoh khanduri” (menikmati santapan) bersama.

Ada berbagai jenis masakan khas Aceh yang telah disajikan oleh panitia.

Hal ini menambah kemeriahan pelaksanaan maulid di sore yang cerah itu.

Sebagai mahasiswa Aceh yang sedang merantau, kegiatan ini sangat berarti bagi kami.

Di samping sebagai wadah untuk mempererat silaturahmi antara mahasiswa dan sesama masyarakat Aceh di Sydney dan beberapa masyarakat Aceh dari kota lainnya, acara ini juga menjadi penawar untuk mengobati rasa rindu kampung halaman.

Ibu-ibu dan bapak-bapak di sini sangat hangat sekali, “Bek male-male pajoh aju beu lee, nyoe lage di gampong aju/Jangan malu-malu makan yang banyak, anggap aja seperti di kampung,” kata salah seorang ibu panitia.

Mereka menyambut kami dengan senyum sumringah dan penuh keikhlasan. Menghadiri acara ini persis seperti pergi ke rumah saudara sendiri yang sudah lama tak berjumpa.

Semoga ukhuwah persaudaraan ini akan terus terjaga dan semarak perayaan maulid ini menjadi semangat untuk terus menjaga tradisi Aceh meskipun di negeri minoritas.

Salam dari Negeri Kangguru! (mutia.elviani@gmail.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved